June 4, 2011

ternyata obat itu bernama ikhlas..

Ketika lengkung langit telah menghitam, sepi mengiris petang menjadi potongan-potongan harapan tentang malam yang bertaburkan bintang-gemintang, dan rembulan duduk di singgasananya yang kesepian.. Ku bahasakan rasa...
Duka di hari ini larut bersama aliran waktu direngkuh malam..

Apakah ini celaka? Bila menjadikan harap terus terpatri? Bila memupuk asa di kedalaman hati?
Apakah asa harus sirna & harapan kepada kasih-Nya harus dibuang? Jika tak ada satu pun makhluk yang bisa membantu, maka kepada siapa lagi harapan akan ditambatkan? Haruskah luruh rasa iman kepada Tuhan, hanya karena Dia tidak memberi apa yang dibutuhkan, dan justru memberi apa yang sebaliknya??

Tuhanku, pandanglah aku sehingga ujian yang Engkau timpakan kepadaku menjadi hilang karenanya.
Kembalikan aku kepada kebiasaan-Mu yang paling baik padaku.
Jawablah doaku dan doa orang yang mengikhlaskan doanya pada-Mu...
Sungguh telah melemah kekuatanku, berkurang dayaku, payah keadaanku.
Aku sudah putus asa kepada makhluk-Mu.
Tidak tersisa apa pun dalam diriku selain harapanku pada-Mu...
Tuhanku, kekuasaan-Mu untuk membebaskanku dari apa yang kualami.
Seperti kekuasaan-Mu ketika mengujiku.
Sungguh, mengingat kebaikan-Mu membuatku bahagia.
Harapan akan nikmat dan anugerah-Mu membuatku kuat.

0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks