January 4, 2012

random things to say -> IP


assalaamu'alaykum.. hey. halo. apa kabar? saya ga baik. makanya ini mau curhat. hehe. tapi entahlah, semenjak saya jarang nge-post, saya jadi gak pandai merangkai kata-kata (dari dulu kayaknya juga nggak sih hehe). apalagi dalam bahasa inggris. tapi biar deh apa adanya aja ya. daripada saya malu gara-gara grammar acak-acakkan ntar. haha. karena batere laptop udah hampir empty so I gotta make it fast hohoho.

berhubung saat ini saya lagi ada di akhir semester, jadi saya mau ngomongin tentang Indeks Prestasi.
Indeks Prestasi? kenapa dinamakan begitu? apakah benar pencapaian seorang mahasiswa dapat direpresentasikan dalam bentuk angka di kolom Indeks Prestasi aka IP? lantas apakah jika IP saya 4,00 berarti saya telah mencapai sebuah pencapaian prestasi yang paling tinggi? Atau sebaliknya, jika IP saya hanya nasakom (nasib satu koma), itu berarti saya tergolong mahasiswa tidak berprestasi? lalu apa sebenarnya definisi spesifik dari Indeks Prestasi itu sendiri?

nilai akademik saya sejauh ini, selama mengikuti semester awal perkuliahan tidak tinggi, atau bahkan ada yang menggolongkannya rendah. sementara teman-teman seperjuangan saya yang lain mendapat nilai yang cukup memuaskan tanpa harus mengikuti kegiatan remidial. saya nggak tahu akan menjadi berapa IP kumulatif saya nanti. lantas, kalau akumulasi IP saya nanti hanya dua koma (atau bahkan satu koma), apakah itu berarti saya bukan mahasiswa berprestasi?

salah seorang dosen pernah berkata kurang lebih seperti ini, "IP itu seharusnya diletakkan pada prioritas di nomor 19. sementara yang pertama dipegang oleh kemampuan kalian dalam berkomunikasi. kalau IP kalian 4,00, paling-paling nanti jadi dosen. mau jadi dosen? belajar terus kerjaannya, nggak ada gebrakan yang menarik." lalu beliau tertawa dan saya seketika itu langsung berharap beliau adalah ayah angkat saya bukannya sekedar dosen sebuah mata kuliah. beliau adalah (mungkin) satu-satunya "orang tua" yang nggak berpikiran sempit bahwa 'nilai' bukanlah segalanya (selain ayah saya tentunya).

Bill Gates seringkali gagal dalam ujian dan teman-temannya berhasil. sekarang teman-temannya pun sukses dan berhasil menjadi karyawan dari sebuah perusahaan ternama dan perusahaan ternama itu miliknya!'"

isn't it simply touching and very much encouraging???

tapi di sisi lain, tidakkah kita memang hidup di negeri yang menjunjung tinggi arti sebuah 'nilai'? tidakkah memang sebagian besar penduduk negeri ini berpikiran kelewat sempit bahwa nilai (dalam arti sebenarnya) adalah tolak ukur paling signifikan akan pencapaian seseorang?
kalau mau mendaftar beasiswa, tentu IP jadi alat pembanding juga kan? kalau mau mendaftar kerja, IPK pasti harus turut dilampirkan, bukan?

tapi kenyataannya, apakah iya orang-orang yang IP-nya cumlaude (>3,50) itu bakal terjamin sukses hidupnya? well, mungkin memang besar kemungkinannya bahwa mereka akan menjadi best employee on best compenies, but would they be able to own the company-- to be another Bill Gates? That's the question. lantas, perihal beasiswa, apa mereka pasti lolos? kalau ada tes, dapatkah mereka mengaplikasikan ilmu mereka dalam bidang kehidupan dengan baik? apakah mereka yang ber-IP sempurna memiliki cukup pengalaman hidup yang berarti?

well... what's so important with being smart, anyway? I'd rather be wit. karena IP bukan satu-satunya tolak ukur, after all :)

p.s.maaf kalau di beberapa line saya terdengar sombong dan sok tau CMIIW. this post is made to be a rearview mirror of myself so I would know that taking this thing too seriously would only stress me out yet get me nowhere. CHEER UP, dear ME :)

0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks