April 4, 2012

my beloved brother :)





Jika saya boleh untuk memilih, saya ingin kembali ke masa lalu...
Adikku, aku selalu bisa menangkap aura persaingan dari matamu yang sesekali melirik padaku ketika kita mengadakan lomba makan atau minum yang menurutku paling konyol... kau selalu melirik ke gelasku, memastikan isi gelasmu lebih banyak dari gelasku. Aku takkan mengalah tentunya, dalam pikiranku semua persaingan harus dimenangkan oleh yang lebih tua. Senior selalu benar, bukan begitu?

Kita seringkali bertengkar untuk hal-hal tak penting yang ternyata hal itulah yang membuatku begitu rindu padamu... Kita bertengkar memperebutkan hadiah yang diberikan Bapak... kau ingat boneka banana kembar itu? Aku bersikeras berpendapat bahwa punyamu sangat lebih bagus dan empuk dari punyaku.. dan hal itu berakhir pada pertengakaran -yang sekali lagi kukatakan SANGAT KONYOL- seperti pertengkaran kita pada umumnya, pertengkaran itu berujung tangis. Kau yang menangis lebih dulu, aku menangis setelahmu, ketika dimarahi mama karena tak mau mengalah. ( dan karena kau meninjuku dengan kuat hingga gusiku berdarah hahahahaha). Dan yang jadi adegan favoritku, beberapa jam setelah pertengkaran ini, kita kembali duduk bersama, menyeka air mata, seolah tak terjadi apa-apa. Tertawa, berlari bersama lagi. Aneh ckckckck

Aku selalu merindukan masa-masa ketika aku belum menjadi anak perantauan seperti ini, adikku sayang. Waktu itu kita tak perlu berpikir hal-hal yang menyita kebahagiaan seperti saat ini. Yang ada di pikiran kita hanyalah 'bermain' dengan segala aktivitas-aktivitas kita, berebut sarapan di pagi hari dan memastikan tak ada monster yang memasuki pagar rumah. Yah, kadang memang disertai pertengkaran kecil, tapi tahukah kau sayang, aku tak pernah membencimu. Aku selalu ingin membelamu, walau kadang aku tak tahu harus bagaimana dan dengan cara apa. Aku selalu ingin menjadi kakak yang baik bagimu, kakak yang bisa kau banggakan dihadapan teman-temanmu, tapi maafkan aku jika mungkin aku belum bisa.

Aku juga masih ingat bagaimana kita selalu membuat orangtua lain di komplek kita iri. Kau dan aku selalu berhasil memenangkan tiap kompetisi yang kita ikuti. Kita selalu juara kelas dan juara-juara lainnya, sesuatu yang kini aku sadari sebagai benih yang menjadikan kita alergi pada kegagalan. Jika kau melihat aku sebagai tikus idiot di tengah gurun saat ini, kurasa kau paham betul alasannya.Aku sungguh bangga padamu, Adikku sayang, kreativitas dan kebrilianan dan intuisimu begitu brillian. Kau begitu membuatku iri dengan segala kejeniusanmu di usia yang begitu dini.. dengan jumlah vocabmu yang entah telah mencapai sekian banyak saat ini..

Aku juga tak bisa bohong jika aku masih meyakini kalau kita adalah dua makhluk unik yang dilahirkan dari rahim yang spesial. Aku selalu berpikir kita terlalu istimewa untuk dunia dan kita harus pindah ke planet lain, mars barangkali untukmu, dan untukku tentu saja venus. Dimana orang-orang tak akan pernah berpikir kita makhluk aneh yang terlalu banyak komplain dan bertanya ini itu. Tak seorangpun bisa memahami secara detil pertanyaan-pertanyaan yang menyesaki kepala kita. Bisakah kita bertahan untuk waktu sekian lama lagi?
 
Setahun telah berlalu... Kini kita terjebak dalam proses pertumbuhan yang memisahkan kita beratus kilometer. Sekejam itukah kedewasaan pada kita, sayang?

Love you as always, kakakmu.

3 komenkomen:

Fivyolen Qiu said...

Hey! nice blog :D

follow and link each other
http://whenolenspeaks.blogspot.com
xx

Afifah Mahdiata said...

beneran mau nangis. hiks.

PeriAi said...

such a beautifulllllll.....bacaan.
I like this so much. I have a brother too. Dan kadang aku berfikir. Asyik kali ya kalo jadi dia...bisa bebas berkreasi.

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks