29 Maret 2013. Pagi itu suasana
masih begitu sepi. Khas suasana fajar hari ketika belum banyak penduduk kota
besar yang sudah memulai aktivitas harian mereka. Shalat subuh kali ini kami
tunaikan di kota lain. Di sebuah kota yang seringkali dikenal sebagai Kota
Pahlawan. Ya, kami, delegasi PUSKOMDA SOLO RAYA yang akan mengikuti Rapat
Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) FSLDK ke-1 di Universitas Airlangga, Surabaya,
akhirnya berhasil tiba dengan selamat di kota ini.
Dan kisah inspiratif ini pun
dimulai…
Setibanya kami di stasiun, kami
segera bergegas menuju ke tempat penginapan yang telah diberitahukan oleh
panitia. Perjalanan dari stasiun ke tempat penginapan tidak memakan waktu yang
lama. Jaraknya dekat. Hingga tak cukup banyak waktu yang dapat kami habiskan
untuk sejenak mengusir rasa kantuk dan lelah selama perjalanan di kereta.
Kami tiba di suatu tempat yang
begitu saya yakini dalam hati (pun saya yakin, teman-teman yang lain juga
merasakan hal yang sama) bahwa tempat seperti inilah yang nantinya akan menjadi
bagian dari masa depan kami. Asrama Haji Surabaya –meski, entah asrama haji
daerah mana yang nantinya akan kami singgahi terlebih dulu sebelum akhirnya kami
berhasil singgah di Tanah Suci itu- Aamiin…
29 Maret 2013, RAPIMNAS FSLDK
ke-1 akan dimulai. Ratusan delegasi RAPIMNAS FSLDK ke-1 yang berasal dari
berbagai daerah yang tersebar di Nusantara pun sudah mulai berkumpul sejak
Kamis, 28 Maret 2013. Ratusan delegasi ini adalah perwakilan pengurus PUSKOMDA
dari seluruh PUSKOMDA yang tersebar di Indonesia yang didelegasikan untuk
mengikuti RAPIMNAS selama 3 hari (29-31 Maret 2013) di UNAIR. Mereka adalah
mahasiswa, pemuda. Mereka memancarkan potensi kepemimpinan yang solid, mereka
cerdas dan berprestasi, mereka… yang tengah berjuang untuk melepaskan orientasi
yang hanya memikirkan diri sendiri.
Satu hal yang saya yakini, bahwa mereka
adalah benar-benar seorang pejuang! Pejuang dakwah! Parjurit Allah! Khalifah
Allah yang begitu mencintai jalan ini tanpa tendensi apapun.. hingga mereka
rela mengorbankan waktu 3 atau 4 hari mereka di akhir minggu hanya untuk
mengikuti kegiatan ini. Waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk berkumpul
bersama keluarga, kerabat, atau kawan-kawan mereka. Waktu yang bisa saja mereka
gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah mereka, waktu yang bisa saja
mereka gunakan untuk bekerja, waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk
menyelesaikan skripsi mereka, waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk hal
lain yang mungkin lebih bermanfaat untu diri mereka sendiri.
Serta harta yang rela mereka keluarkan
demi mengikuti RAPIMNAS ini, uang saku yang ternyata tak sedikit dari mereka
yang merogohnya dari tabungan sendiri, biaya transportasi yang berkisar
juta-jutaan itu ternyata adalah uang pribadi mereka, padahal mereka bukan dari
keluarga kaya-raya. Uang yang seharusnya bisa saja mereka gunakan untuk
membayar uang kuliah, uang yang bisa saja mereka gunakan untuk membeli
buku-buku kuliah, uang yang bisa saja mereka gunakan untuk pergi ke tempat-tempat
liburan yang mereka sukai, uang yang bisa saja mereka gunakan untuk membeli
hal-hal lain yang mungkin akan lebih bermanfaat untuk diri mereka sendiri… Tapi
ternyata tidak, kawan.... Mereka pilih jalan ini, mereka lebih memilih untuk
mengikuti RAPIMNAS ini, mereka lebih memilih mengikuti rapat komisi berjam-jam
daripada berlibur berjam-jam, mereka lebih memilih beradu argumen demi
kebermanfaatan umat, mereka lebih memilih untuk melanjutkan rapat komisi hingga
tengah malam daripada menikmati nyamannya tempat tidur setelah lelah seharian,
mereka lebih memilih di sini, mereka lebih memilih untuk melalui sebuah jalan
berbatu penuh duri menuju kebermanfaatan untuk orang lain, mereka lebih memilih
berkorban berkontribusi untuk menggapai asa
yang lebih baik… tapi. tidak.. ini bukan sebuah pengorbanan, tapi sebuah
kehormatan. Mereka mendapatkan kehormatan untuk menjemput janji Allah:
kemenangan, ketinggian derajat di sisi-Nya, pahala, surga… Masya ALLAH. apakah janji Allah itu kurang
menggiurkan untuk kita? Sementara saudara-saudara kita di belahan Nusantara
yang lain telah begitu meyakininya! Mereka beberkan kepada saya segala alasan
mengapa mereka begitu berani, mereka sanggup… Mereka seakan menuliskan:
Indonesia Madani, tujuan kami!
Saya tertegun! Tertegun dan miris ketika
melihat kembali fenomena memprihatinkan: seringkalinya kita malas mengikuti
syuro padahal begitu dekatnya lokasi syuro itu dengan posisi kita berada,
seringkalinya kita mengeluh ketika kesulitan mendapatkan dana untuk kegiatan, seringkalinya
kita pikir panjang untuk menyisihkan sedikit saja uang saku kita untuk
menunjang keberhasilan kegiatan kita, seringkalinya kita dengan mudah
mengabaikan panggilan pemimpin kita dengan alasan yang tidak syar’i,
seringkalinya kita merasa ide kita adalah ide yang paling benar, idealisme kita
adalah yang paling ideal, pendapat kita lah yang harus paling diakui… Ya Rabb,
seringnya kami khilaf.. padahal mereka.. mereka tempuh jarak ratusan kilo.
Mereka sabarkan diri ketika harus menempuh perjalanan berhari-hari. Mereka
kuatkan kembali niat mereka ketika ternyata mereka harus ketinggalan kereta,
mereka ingat lagi janji Allah ketika harus mereka dapati bahwa pesawat mereka
delay dan membuat mereka harus menginap di bandara sehari semalam… Lantas
bagaimana dengan kita?
Selama berada di sini, saya
benar-benar melihat bahwa Indonesia memiliki potensi, potensi melahirkan
pejuang-pejuang Islam yang tangguh, para pemuda promotor kemajuan. Mereka
adalah bukti autentiknya. Saya takjub dan tergetar.
Saya menyadari, tidak mudah apa
yang mereka lakukan itu, namun sesuatu yang sulit pada hakikatnya adalah sebuah
pembelajaran hidup, bukan? Mereka tangguh dan insya Allah mereka melewatinya
dengan kesungguhan! Mereka kuatkan kemauan luhur itu!
Selama 3 hari itu deretan kisah
para aktivis dakwah kampus yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara ini
seakan tak berujung. Setiap hari selalu ada yang baru. Ada berbagai kisah yang
begitu menyenangkan, menyentuh, mengharukan… Membuat saya belajar begitu banyak
hal, belajar bagaimana agar lebih bersyukur, belajar bagaimana caranya agar
lebih dewasa, belajar memahami, bahkan belajar melihat budaya dari daerah lain…
Melihat lebih jauh dan luas lagi bahwa ternyata saya tidak sendiri, melihat
lebih jauh dan luas lagi bahwa dinamika dakwah kita begitu beragam, melihat
lebih jauh dan luas lagi bahwa LDK di Indonesia lebih dari 1000 LDK jumlahnya,
melihat lebih jauh dan luas lagi bahwa ternyata ada dari mereka yang mengalami
keadaan yang lebih buruk dari saya, menyadari bahwa kita begitu “kaya”…
Ada kisah dari ADK yang berasal
dari Indonesia Timur sana. Kisah tentang Lembaga Dakwah Kampusnya yang tidak
dilegalkan oleh pihak kampus hingga begitu sulit untuk mengadakan
kegiatan-kegiatan.. hingga pada akhirnya mereka bersinergi dengan Takmir/ah
masjid kampus mereka dan alhasil, kini LDK mereka adalah Lembaga Dakwah Kampus
yang legal dan diakui Universitas.
Ada lagi kisah dari ADK yang
berasal dari Pulau Dewata. Seorang ADK yang ceria, seorang ADK yang tak pernah
menampakkan kesedihannya meski saya tau, perjuangannya berat.. Perjuangan menggaungkan
nilai-nilai Islam di sebuah daerah yang justru Islam menjadi agama minoritas di
sana, sebuah daerah yang begitu lekat dengan label hedonismenya, sebuah daerah
yang menuntut keistiqomahan yang lebih.. Bali.. Kisah hebat yang ia tuturkan
begitu membuat saya takjub. Bagaimana tidak? Jumlah pengurus LDK di kampusnya
berjumlah kurang dari 40 orang, sementara LDK itu sendiri masih harus
mengordiniir ROHIS-ROHIS di fakultas (LDKF) yang tersebar di 13 fakultas di
kampusnya! Maka ketika dia tahu bahwa teman-teman dari Solo yang datang
berjumlah 12 orang, dia tersentak kaget lalu berujar polos, “12 orang itu
adalah kisaran jumlah pengurus PUSKOMDA di daerah ana, ukh. Apa satu
kepengurusan PUSKOMDA dari daerah Anti berangkat semua ke sini? Wah, Hebat,
ukh! Totalitas!”.. sungguh, sebuah pertanyaan yang mengharukan sekaligus
menguatkan dan ‘menampar’…
Di lain sisi, meski dengan
kuantitas yang tidak sebanyak di LDK saya, tapi dari segi Program Kerja mereka
baik. Ada beberapa tahapan kaderisasi di LDK nya yang saya ketahui yaitu, Bina
Syakhsiyah 1 (BSI 1), Bina Syakhsiyah 2 (BSI 2), dan Bina Syakhsiyah 3 (BSI 3).
BSI 1 ditujukan untuk mereka para mahasiswa baru. Dalam BSI 1, para mahasiswa
baru diperkenalkan tentang nilai-nilai Islam secara umum dan pengenalan LDK
secara sekilas. Selanjutnya, BSI 2 ditujukan untuk mereka yang berafiliasi
lebih terhadap LDK dan berminat untuk menjadi pengurus. Materi yang diberikan
pada BSI 2 yaitu tentang LDK di kampus mereka secara mendetail. Dan yang
terakhir adalah BSI 3. BSI 3 ditujukan untuk para pengurus LDK di akhir periode
dengan targetan untuk menjaga keistiqomahan para pengurus untuk tetap
berkontribusi pada dakwah.
Selanjutnya dia sempat bercerita
mengenai keadaan kegiatan mentoring di kampusnya yang belum mendapat perhatian
dari kampus bahkan termarjinalkan, hingga dia berkata pada saya, “kami belum
berani ukh kalau mengadakan mentoring di kampus atau di taman-taman kampus..
kami biasa mengadakan mentoring di hari minggu”
Namun tidak kemudian hal itu
menjadi penghambat kerja-kerja dakwah mereka.. Mereka tetap berusaha mengadakan
mentoring di kost-kost, tempat makan, dan tempat-tempat kondusif lainnya.
Bahkan LDK mereka berhasil mengadakan kegiatan Aksi Solidaritas Palestina yang
pesertanya bukan hanya umat muslim, tapi juga umat Hindu –agama dengan jumlah
penganut yang paling banyak di Bali- yang ketika Aksi, mereka menunjukkan
identitasnya sebagai seorang pemeluk Hindu, mereka kenakan atribut keHinduan
mereka, mereka kenakan udeng ataupun kamen mereka. Luar biasa! Mereka sadar
bahwa apa yang terjadi di Palestina bukan lagi isu keagamaan tapi isu
kemanusiaan.
Terlihat jelas air mukanya yang
begitu bahagia. “1 jurusan bisa saja hanya ada 1 mahasiswa muslim ukh, atau
bahkan tidak ada sama sekali. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah mulai bangkit
ukh.. Bahkan dulu adzan tidak pernah terdengar ukh di Bali, tapi sekarang sudah
tidak lagi ukh.. Alhamdulillah.”
Masya Allah, keterbatasan yang
ada adalah dorongan bagi mereka untuk membantu membawa perubahan. Beberapa masa
berselang, tentu tak sedikit yang dengan jelas melihat kiprah mereka telah
berkontribusi memperbaiki daerahnya menuju Indonesia Madani.
Satu hal menarik yang begitu saya
ingat dari LDK di Bali ini. Bahwa mereka memiliki 2 kesekretariatan.
Kesekretariatan ikhwan dan kesekretariatan akhwat. Kesekretariatan ini
bentuknya seperti asrama yang masing-masing terdiri dari 5 hingga 6 kamar.
Kesekretariatan inilah yang nantinya juga berfungsi sebagai tempat singgah atau
tempat menginap sementara untuk mahasiswa-mahasiswa baru muslim/ah yang belum
mendapatkan tempat tinggal (baca: kost). Kesekretariatan ini memiliki ruangan
semacam aula yang berfungsi sebagai tempat syuro. Syuro akhwat dilakukan di
kesekretariatan akhwat. Sementara syuro ikhwan dilakukan di kesekretariatan
ikhwan. Dan untuk syuro ikhwan-akhwat dilakukan di masjid kampus atau kampus.
Kini beranjak ke bagian Nusantara
lainnya. Sebuah daerah yang terletak di paling barat pulau Jawa. Ya, Banten. Sebuah
perjuangan dakwah mengharukan pun terurai…
Ada kisah tentang sebuah
universitas umum yang di dalamnya hanya ada 1 mahasiswa yang mengenal
tarbiyah.. Kisah tentang sebuah LDK yang bahkan ketuanya saja pun belum
mengenal tarbiyah.. Kisah tentang seorang penghafal qur’an yang menjadi ketua
di sebuah organisasi namun ia melakukan hal yang jelas-jelas tidak ada dalil
dihalalkannya dalam Al-qur’an: pacaran…
Kisah miris lainnya datang dari
Nusantara bagian Timur. Seorang ADK yang sempat menjadi teman sekamar saya
bercerita bahwa saat ini adalah masa-masa pemilihan gubernur di sana.. dan ada
sebuah LDK yang berada di bawah tekanan kekuasaan politik suatu partai yang
menekan para pengurusnya untuk memilih partai itu pada pemungutan suara. Tidak
akan mungkin mereka merasa terancam ketika partai tersebut diisi oleh para muslim
yang kaffah… Tentu saja sebaliknya.
Namun ada hal menarik yang ia
ceritakan pada saya, karena ia adalah seorang ketua keputrian di LDK kampusnya
maka ia lebih banyak bercerita mengenai kegiatan kemuslimahan di kampusnya.
Menarik! Setiap minggu nya ada senam pagi untuk para akhwat, terkadang diganti
dengan kegiatan jasadiyah lainnya. Ada Daurah Mar’atussh Sholihah 1 hingga
Daurah Mar’atussh Sholihah 3.. Untuk DMS
1 berada di bawah garis koordinasi LDK. DMS 2 berada di bawah garis koordinasi
PUSKOMDA/JARMUSDA. Dan untuk DMS 3 berada di bawah garis koordinasi
PUSKOMNAS/JARMUSNAS. Ada berbagai kegiatan menarik pula: consultation day,
SEMUSIM beauty (Seminar Muslimah Beauty) –mirip GEMA MUSLIMAH UNS, tapi menurut
pandangan saya masih lebih baik konsepan untuk GEMA MUSLIMAH sendiri-… nah! ini
yang menarik.. Jadi, Keputrian LDK mereka memiliki sebuah ruangan di belakang
kampus –seperti ruko- yang di sana mereka membuat MUSLIMAH CENTER. Muslimah
Center ini sendiri terbagi menjadi 3 fokus: fashion, beauty care, dan
psikologi. Hebat! Sebuah terobosan yang patut dicontoh.
Setiap hari selalu ada yang baru.
Setiap hari selalu ada yang bisa kita pelajari. Hingga rasanya saya ingin
terjaga lama-lama hanya untuk mendengarkan kisah mereka. Setiap persaudaraan
adalah kebaruan penuh nuansa ikhlas. Tiap interaksi akan berhilir pada sebuah
kisah. Ada terlalu banyak kisah mereka, kisah yang belum bisa saya tuliskan
semua dalam blog ini; kisah yang akan selalu menempel dalam kenangan para
delegasi RAPIMNAS FSLDK ke-1 ini. Kisah-kisah yang membuat saya makin optimis,
makin percaya bahwa masa depan Islam ini memang cerah untuk semua.
Jejak langkah pengabdian mereka
semoga akan dicatat dengan pahala, akan ditandai dengan peluk ukhuwah dan
bersemai dikenangan hidup saya. Mereka hanya bermodalkan ketulusan dan
keyakinan pada janji Allah. Maka begitu wajar ketika mereka mengarungi semua
kondisi dengan semangat, mereka arungi segala keterbatasan yang ada dengan
optimisme, mereka arungi segala permsalahan dengan pengetahuan. Dan kelak,
kalian, para pejuang dakwah kampus akan berderet tanda pahala permanen kalian
di pundak serta kenangan abadi yang bisa kalian ceritakan untuk cucu-cucu
kalian nantinya.
Pengalaman selama 3 hari ini akan
menjadi bagian dari sejarah hidup yang tak mungkin bisa saya lupakan. Bersyukur
sekali, ditakdirkan untuk bertemu kalian. Saya tulis ini semua dengan dengan
rasa haru, bahagia, bangga, dan gelora optimisme. Insya ALLAH, sesuai dengan
jargon yang diusung oleh PUSKOMNAS yaitu BERGERAK, BERSINERGI, DAN BERSAHABAT
MENUJU INDONESIA MADANI. Semoga sedikit kisah mereka bisa menginspirasi dan
memantik kita untuk: Saling bantu, saling dukung. Mulai dari mensyukuri
perkembangan, memperbaiki kekurangan, serta diikuti dengan kesiap siagaan untuk
turun tangan dalam menegakkan kalimat Tauhid.
Semoga esok hari masih diberi
umur panjang untuk melanjutkan cerita inspiratif HARI 1, HARI 2, dan HARI 3
selama RAPIMNAS ^_^
0 komenkomen:
Post a Comment
Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks