April 1, 2013

Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) FSLDK ke 1 -Prolog-

29 Maret 2013. Pagi itu suasana masih begitu sepi. Khas suasana fajar hari ketika belum banyak penduduk kota besar yang sudah memulai aktivitas harian mereka. Shalat subuh kali ini kami tunaikan di kota lain. Di sebuah kota yang seringkali dikenal sebagai Kota Pahlawan. Ya, kami, delegasi PUSKOMDA SOLO RAYA yang akan mengikuti Rapat Pimpinan Nasional (RAPIMNAS) FSLDK ke-1 di Universitas Airlangga, Surabaya, akhirnya berhasil tiba dengan selamat di kota ini.

Dan kisah inspiratif ini pun dimulai…

Setibanya kami di stasiun, kami segera bergegas menuju ke tempat penginapan yang telah diberitahukan oleh panitia. Perjalanan dari stasiun ke tempat penginapan tidak memakan waktu yang lama. Jaraknya dekat. Hingga tak cukup banyak waktu yang dapat kami habiskan untuk sejenak mengusir rasa kantuk dan lelah selama perjalanan di kereta.

Kami tiba di suatu tempat yang begitu saya yakini dalam hati (pun saya yakin, teman-teman yang lain juga merasakan hal yang sama) bahwa tempat seperti inilah yang nantinya akan menjadi bagian dari masa depan kami. Asrama Haji Surabaya –meski, entah asrama haji daerah mana yang nantinya akan kami singgahi terlebih dulu sebelum akhirnya kami berhasil singgah di Tanah Suci itu- Aamiin…

29 Maret 2013, RAPIMNAS FSLDK ke-1 akan dimulai. Ratusan delegasi RAPIMNAS FSLDK ke-1 yang berasal dari berbagai daerah yang tersebar di Nusantara pun sudah mulai berkumpul sejak Kamis, 28 Maret 2013. Ratusan delegasi ini adalah perwakilan pengurus PUSKOMDA dari seluruh PUSKOMDA yang tersebar di Indonesia yang didelegasikan untuk mengikuti RAPIMNAS selama 3 hari (29-31 Maret 2013) di UNAIR. Mereka adalah mahasiswa, pemuda. Mereka memancarkan potensi kepemimpinan yang solid, mereka cerdas dan berprestasi, mereka… yang tengah berjuang untuk melepaskan orientasi yang hanya memikirkan diri sendiri. 

Satu hal yang saya yakini, bahwa mereka adalah benar-benar seorang pejuang! Pejuang dakwah! Parjurit Allah! Khalifah Allah yang begitu mencintai jalan ini tanpa tendensi apapun.. hingga mereka rela mengorbankan waktu 3 atau 4 hari mereka di akhir minggu hanya untuk mengikuti kegiatan ini. Waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk berkumpul bersama keluarga, kerabat, atau kawan-kawan mereka. Waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah mereka, waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk bekerja, waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk menyelesaikan skripsi mereka, waktu yang bisa saja mereka gunakan untuk hal lain yang mungkin lebih bermanfaat untu diri mereka sendiri. 

Serta harta yang rela mereka keluarkan demi mengikuti RAPIMNAS ini, uang saku yang ternyata tak sedikit dari mereka yang merogohnya dari tabungan sendiri, biaya transportasi yang berkisar juta-jutaan itu ternyata adalah uang pribadi mereka, padahal mereka bukan dari keluarga kaya-raya. Uang yang seharusnya bisa saja mereka gunakan untuk membayar uang kuliah, uang yang bisa saja mereka gunakan untuk membeli buku-buku kuliah, uang yang bisa saja mereka gunakan untuk pergi ke tempat-tempat liburan yang mereka sukai, uang yang bisa saja mereka gunakan untuk membeli hal-hal lain yang mungkin akan lebih bermanfaat untuk diri mereka sendiri… Tapi ternyata tidak, kawan.... Mereka pilih jalan ini, mereka lebih memilih untuk mengikuti RAPIMNAS ini, mereka lebih memilih mengikuti rapat komisi berjam-jam daripada berlibur berjam-jam, mereka lebih memilih beradu argumen demi kebermanfaatan umat, mereka lebih memilih untuk melanjutkan rapat komisi hingga tengah malam daripada menikmati nyamannya tempat tidur setelah lelah seharian, mereka lebih memilih di sini, mereka lebih memilih untuk melalui sebuah jalan berbatu penuh duri menuju kebermanfaatan untuk orang lain, mereka lebih memilih berkorban berkontribusi untuk menggapai asa  yang lebih baik… tapi. tidak.. ini bukan sebuah pengorbanan, tapi sebuah kehormatan. Mereka mendapatkan kehormatan untuk menjemput janji Allah: kemenangan, ketinggian derajat di sisi-Nya, pahala, surga…  Masya ALLAH. apakah janji Allah itu kurang menggiurkan untuk kita? Sementara saudara-saudara kita di belahan Nusantara yang lain telah begitu meyakininya! Mereka beberkan kepada saya segala alasan mengapa mereka begitu berani, mereka sanggup… Mereka seakan menuliskan: Indonesia Madani, tujuan kami!

Saya tertegun! Tertegun dan miris ketika melihat kembali fenomena memprihatinkan: seringkalinya kita malas mengikuti syuro padahal begitu dekatnya lokasi syuro itu dengan posisi kita berada, seringkalinya kita mengeluh ketika kesulitan mendapatkan dana untuk kegiatan, seringkalinya kita pikir panjang untuk menyisihkan sedikit saja uang saku kita untuk menunjang keberhasilan kegiatan kita, seringkalinya kita dengan mudah mengabaikan panggilan pemimpin kita dengan alasan yang tidak syar’i, seringkalinya kita merasa ide kita adalah ide yang paling benar, idealisme kita adalah yang paling ideal, pendapat kita lah yang harus paling diakui… Ya Rabb, seringnya kami khilaf.. padahal mereka.. mereka tempuh jarak ratusan kilo. Mereka sabarkan diri ketika harus menempuh perjalanan berhari-hari. Mereka kuatkan kembali niat mereka ketika ternyata mereka harus ketinggalan kereta, mereka ingat lagi janji Allah ketika harus mereka dapati bahwa pesawat mereka delay dan membuat mereka harus menginap di bandara sehari semalam… Lantas bagaimana dengan kita?

Selama berada di sini, saya benar-benar melihat bahwa Indonesia memiliki potensi, potensi melahirkan pejuang-pejuang Islam yang tangguh, para pemuda promotor kemajuan. Mereka adalah bukti autentiknya. Saya takjub dan tergetar.

Saya menyadari, tidak mudah apa yang mereka lakukan itu, namun sesuatu yang sulit pada hakikatnya adalah sebuah pembelajaran hidup, bukan? Mereka tangguh dan insya Allah mereka melewatinya dengan kesungguhan! Mereka kuatkan kemauan luhur itu!

Selama 3 hari itu deretan kisah para aktivis dakwah kampus yang berasal dari berbagai daerah di Nusantara ini seakan tak berujung. Setiap hari selalu ada yang baru. Ada berbagai kisah yang begitu menyenangkan, menyentuh, mengharukan… Membuat saya belajar begitu banyak hal, belajar bagaimana agar lebih bersyukur, belajar bagaimana caranya agar lebih dewasa, belajar memahami, bahkan belajar melihat budaya dari daerah lain… Melihat lebih jauh dan luas lagi bahwa ternyata saya tidak sendiri, melihat lebih jauh dan luas lagi bahwa dinamika dakwah kita begitu beragam, melihat lebih jauh dan luas lagi bahwa LDK di Indonesia lebih dari 1000 LDK jumlahnya, melihat lebih jauh dan luas lagi bahwa ternyata ada dari mereka yang mengalami keadaan yang lebih buruk dari saya, menyadari bahwa kita begitu “kaya”… 

Ada kisah dari ADK yang berasal dari Indonesia Timur sana. Kisah tentang Lembaga Dakwah Kampusnya yang tidak dilegalkan oleh pihak kampus hingga begitu sulit untuk mengadakan kegiatan-kegiatan.. hingga pada akhirnya mereka bersinergi dengan Takmir/ah masjid kampus mereka dan alhasil, kini LDK mereka adalah Lembaga Dakwah Kampus yang legal dan diakui Universitas.

Ada lagi kisah dari ADK yang berasal dari Pulau Dewata. Seorang ADK yang ceria, seorang ADK yang tak pernah menampakkan kesedihannya meski saya tau, perjuangannya berat.. Perjuangan menggaungkan nilai-nilai Islam di sebuah daerah yang justru Islam menjadi agama minoritas di sana, sebuah daerah yang begitu lekat dengan label hedonismenya, sebuah daerah yang menuntut keistiqomahan yang lebih.. Bali.. Kisah hebat yang ia tuturkan begitu membuat saya takjub. Bagaimana tidak? Jumlah pengurus LDK di kampusnya berjumlah kurang dari 40 orang, sementara LDK itu sendiri masih harus mengordiniir ROHIS-ROHIS di fakultas (LDKF) yang tersebar di 13 fakultas di kampusnya! Maka ketika dia tahu bahwa teman-teman dari Solo yang datang berjumlah 12 orang, dia tersentak kaget lalu berujar polos, “12 orang itu adalah kisaran jumlah pengurus PUSKOMDA di daerah ana, ukh. Apa satu kepengurusan PUSKOMDA dari daerah Anti berangkat semua ke sini? Wah, Hebat, ukh! Totalitas!”.. sungguh, sebuah pertanyaan yang mengharukan sekaligus menguatkan dan ‘menampar’… 

Di lain sisi, meski dengan kuantitas yang tidak sebanyak di LDK saya, tapi dari segi Program Kerja mereka baik. Ada beberapa tahapan kaderisasi di LDK nya yang saya ketahui yaitu, Bina Syakhsiyah 1 (BSI 1), Bina Syakhsiyah 2 (BSI 2), dan Bina Syakhsiyah 3 (BSI 3). BSI 1 ditujukan untuk mereka para mahasiswa baru. Dalam BSI 1, para mahasiswa baru diperkenalkan tentang nilai-nilai Islam secara umum dan pengenalan LDK secara sekilas. Selanjutnya, BSI 2 ditujukan untuk mereka yang berafiliasi lebih terhadap LDK dan berminat untuk menjadi pengurus. Materi yang diberikan pada BSI 2 yaitu tentang LDK di kampus mereka secara mendetail. Dan yang terakhir adalah BSI 3. BSI 3 ditujukan untuk para pengurus LDK di akhir periode dengan targetan untuk menjaga keistiqomahan para pengurus untuk tetap berkontribusi pada dakwah.

Selanjutnya dia sempat bercerita mengenai keadaan kegiatan mentoring di kampusnya yang belum mendapat perhatian dari kampus bahkan termarjinalkan, hingga dia berkata pada saya, “kami belum berani ukh kalau mengadakan mentoring di kampus atau di taman-taman kampus.. kami biasa mengadakan mentoring di hari minggu”

Namun tidak kemudian hal itu menjadi penghambat kerja-kerja dakwah mereka.. Mereka tetap berusaha mengadakan mentoring di kost-kost, tempat makan, dan tempat-tempat kondusif lainnya. Bahkan LDK mereka berhasil mengadakan kegiatan Aksi Solidaritas Palestina yang pesertanya bukan hanya umat muslim, tapi juga umat Hindu –agama dengan jumlah penganut yang paling banyak di Bali- yang ketika Aksi, mereka menunjukkan identitasnya sebagai seorang pemeluk Hindu, mereka kenakan atribut keHinduan mereka, mereka kenakan udeng ataupun kamen mereka. Luar biasa! Mereka sadar bahwa apa yang terjadi di Palestina bukan lagi isu keagamaan tapi isu kemanusiaan.

Terlihat jelas air mukanya yang begitu bahagia. “1 jurusan bisa saja hanya ada 1 mahasiswa muslim ukh, atau bahkan tidak ada sama sekali. Tapi sekarang Alhamdulillah sudah mulai bangkit ukh.. Bahkan dulu adzan tidak pernah terdengar ukh di Bali, tapi sekarang sudah tidak lagi ukh.. Alhamdulillah.”

Masya Allah, keterbatasan yang ada adalah dorongan bagi mereka untuk membantu membawa perubahan. Beberapa masa berselang, tentu tak sedikit yang dengan jelas melihat kiprah mereka telah berkontribusi memperbaiki daerahnya menuju Indonesia Madani. 

Satu hal menarik yang begitu saya ingat dari LDK di Bali ini. Bahwa mereka memiliki 2 kesekretariatan. Kesekretariatan ikhwan dan kesekretariatan akhwat. Kesekretariatan ini bentuknya seperti asrama yang masing-masing terdiri dari 5 hingga 6 kamar. Kesekretariatan inilah yang nantinya juga berfungsi sebagai tempat singgah atau tempat menginap sementara untuk mahasiswa-mahasiswa baru muslim/ah yang belum mendapatkan tempat tinggal (baca: kost). Kesekretariatan ini memiliki ruangan semacam aula yang berfungsi sebagai tempat syuro. Syuro akhwat dilakukan di kesekretariatan akhwat. Sementara syuro ikhwan dilakukan di kesekretariatan ikhwan. Dan untuk syuro ikhwan-akhwat dilakukan di masjid kampus atau kampus.

Kini beranjak ke bagian Nusantara lainnya. Sebuah daerah yang terletak di paling barat pulau Jawa. Ya, Banten. Sebuah perjuangan dakwah mengharukan pun terurai…

Ada kisah tentang sebuah universitas umum yang di dalamnya hanya ada 1 mahasiswa yang mengenal tarbiyah.. Kisah tentang sebuah LDK yang bahkan ketuanya saja pun belum mengenal tarbiyah.. Kisah tentang seorang penghafal qur’an yang menjadi ketua di sebuah organisasi namun ia melakukan hal yang jelas-jelas tidak ada dalil dihalalkannya dalam Al-qur’an: pacaran…

Kisah miris lainnya datang dari Nusantara bagian Timur. Seorang ADK yang sempat menjadi teman sekamar saya bercerita bahwa saat ini adalah masa-masa pemilihan gubernur di sana.. dan ada sebuah LDK yang berada di bawah tekanan kekuasaan politik suatu partai yang menekan para pengurusnya untuk memilih partai itu pada pemungutan suara. Tidak akan mungkin mereka merasa terancam ketika partai tersebut diisi oleh para muslim yang kaffah… Tentu saja sebaliknya.

Namun ada hal menarik yang ia ceritakan pada saya, karena ia adalah seorang ketua keputrian di LDK kampusnya maka ia lebih banyak bercerita mengenai kegiatan kemuslimahan di kampusnya. Menarik! Setiap minggu nya ada senam pagi untuk para akhwat, terkadang diganti dengan kegiatan jasadiyah lainnya. Ada Daurah Mar’atussh Sholihah 1 hingga Daurah Mar’atussh Sholihah 3..  Untuk DMS 1 berada di bawah garis koordinasi LDK. DMS 2 berada di bawah garis koordinasi PUSKOMDA/JARMUSDA. Dan untuk DMS 3 berada di bawah garis koordinasi PUSKOMNAS/JARMUSNAS. Ada berbagai kegiatan menarik pula: consultation day, SEMUSIM beauty (Seminar Muslimah Beauty) –mirip GEMA MUSLIMAH UNS, tapi menurut pandangan saya masih lebih baik konsepan untuk GEMA MUSLIMAH sendiri-… nah! ini yang menarik.. Jadi, Keputrian LDK mereka memiliki sebuah ruangan di belakang kampus –seperti ruko- yang di sana mereka membuat MUSLIMAH CENTER. Muslimah Center ini sendiri terbagi menjadi 3 fokus: fashion, beauty care, dan psikologi. Hebat! Sebuah terobosan yang patut dicontoh.

Setiap hari selalu ada yang baru. Setiap hari selalu ada yang bisa kita pelajari. Hingga rasanya saya ingin terjaga lama-lama hanya untuk mendengarkan kisah mereka. Setiap persaudaraan adalah kebaruan penuh nuansa ikhlas. Tiap interaksi akan berhilir pada sebuah kisah. Ada terlalu banyak kisah mereka, kisah yang belum bisa saya tuliskan semua dalam blog ini; kisah yang akan selalu menempel dalam kenangan para delegasi RAPIMNAS FSLDK ke-1 ini. Kisah-kisah yang membuat saya makin optimis, makin percaya bahwa masa depan Islam ini memang cerah untuk semua.

Jejak langkah pengabdian mereka semoga akan dicatat dengan pahala, akan ditandai dengan peluk ukhuwah dan bersemai dikenangan hidup saya. Mereka hanya bermodalkan ketulusan dan keyakinan pada janji Allah. Maka begitu wajar ketika mereka mengarungi semua kondisi dengan semangat, mereka arungi segala keterbatasan yang ada dengan optimisme, mereka arungi segala permsalahan dengan pengetahuan. Dan kelak, kalian, para pejuang dakwah kampus akan berderet tanda pahala permanen kalian di pundak serta kenangan abadi yang bisa kalian ceritakan untuk cucu-cucu kalian nantinya.

Pengalaman selama 3 hari ini akan menjadi bagian dari sejarah hidup yang tak mungkin bisa saya lupakan. Bersyukur sekali, ditakdirkan untuk bertemu kalian. Saya tulis ini semua dengan dengan rasa haru, bahagia, bangga, dan gelora optimisme. Insya ALLAH, sesuai dengan jargon yang diusung oleh PUSKOMNAS yaitu BERGERAK, BERSINERGI, DAN BERSAHABAT MENUJU INDONESIA MADANI. Semoga sedikit kisah mereka bisa menginspirasi dan memantik kita untuk: Saling bantu, saling dukung. Mulai dari mensyukuri perkembangan, memperbaiki kekurangan, serta diikuti dengan kesiap siagaan untuk turun tangan dalam menegakkan kalimat Tauhid.


Semoga esok hari masih diberi umur panjang untuk melanjutkan cerita inspiratif HARI 1, HARI 2, dan HARI 3 selama RAPIMNAS ^_^



0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks