Selepas subuh, kami bersegera
menuju kamar masing-masing. Satu kamar akhwat dihuni oleh sekitar 15 orang yang
berasal dari berbagai daerah: Nusa Tenggara, Banten, Bali, Bogor, Solo, Jadebek,
Kalimantan, dan Sulawesi. Alhamdulillah, sarana efektif untuk memperluas
jaringan dan menimba ilmu lebih banyak. Seharian berbincang dengan mereka
rasanya seperti masih sangat sangat kurang. Tiap detiknya adalah sebuah
pembelajaran yang begitu berharga. Hingga ingin sekali saya membunuh rasa
kantuk yang ada karena tak ingin kehilangan kesempatan langka seperti ini. Ya,
sekarang saya tahu, when we do the best that we can, we never know what miracle
is wrought in our life, or in the life of another, -like me…
29 Maret 2013. Sembari berjalan
pelan, saya menikmati film gubahan imajinasi saya yang sedang tayang dalam
pikiran. Pagi ini begitu sejuk. Mentari tampak tersipu di balik awan yang
sedikit pekat, angin pun membawa nada sepoi-sepoi yang membuat hari sangat
indah untuk dinikmati. Saya mencoba mengamati raut wajah asing teman-teman ADK
yang lain. Mereka tampak sangat antusias mengikuti kegiatan ini, meski saat itu
saya juga belum mengetahui pasti alasan mereka antusias. Satu hal yang
terbersit ketika saya berjalan berkeliling taman kampus ini, inspirasi itu ada di mana-mana, yang perlu
kita lakukan adalah mencari dan menyerapnya. Kunci sukses hidup pun sebenarnya
juga sederhana, menginspirasi dan diinspirasi.
Ya, sebelum menuju ke Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, kami sempat diajak untuk berkeliling di
sekitar –saya menyebutnya- Taman Kampus. Langkah saya tertata ketika memasuki
almamater yang berbeda, saya berjalan perlahan memperhatikan lingkungan sekitar
taman ini. “Keren!”.. ujar saya spontan dalam hati ketika turun dari bus
kampus. Terdapat sebuah kolam yang begitu besar, yang di dalamnya hidup ratusan
atau mungkin ribuan ikan-ikan mas dengan berbagai ukuran, mulai dari yang
ukurannya setengah telapak tangan saya hingga ada yang terbesar yang saya
lihat, ukurannya sebesar paha orang dewasa. Di tengah-tengah kolam itu terdapat
sebuah jembatan yang seakan-akan membagi kolam menjadi 2 bagian. Di sekeliling
kolam tampak beragam aktivitas dilakukan: anak-anak berlari-lari, para ibu muda
yang menemani anak-anaknya, penjual pakan ikan, dan para remaja yang tak
ingin ketinggalan mengabadikan gambar diri mereka.
Saya lanjutkan langkah kaki saya,
terus, hingga saya berada di tengah-tengah jembatan, di tengah-tengah kolam. Saya
perhatikan bangunan jembatan ini. Tidak ada yang luar biasa. Hanya saja ada
puluhan coretan tangan di jembatan ini. Saya coba baca satu persatu, sembari
melintasi jembatan tempat orang-orang lalu lalang dan saya yakin tempat ini
telah menjadi meeting point yang strategis di taman ini, hingga doa-doa banyak
orang berhilir di jembatan ini, terekam dalam coretan tangan mereka. Harapan
dan doa khas anak muda masa kini yang belum mengenal tarbiyah… maka, itulah
salah satu tugas rumah kita.
…
Tibalah kami di GRAHA-BIK
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Saya dapati panitia-panitia berwajah
cerah, sungguh menyejukkan. Mereka tampak bersemangat menyambut para peserta
yang datang satu per satu. Mereka seakan mendapatkan energi tambahan dari
kehadiran peserta yang luar biasa ini. Dan saya hanya mencermati serta
menikmati iringan salam persaudaraan penuh makna ini dengan baik, semua
tersenyum dan berpenampilan sebaik mungkin. Memasuki tempat ini, mengikuti
keberjalanan acara ini seakan memasuki ruang inspirasi, karena inspirasi ada di
mana-mana, yang perlu kita lakukan hanya melihat, membaca, memahami, dan
menikmatinya. Dan 3 hari saya di sini telah memberikan sebuah nuansa positif.
Buat mereka berbagi adalah sebuah kemuliaan ketimbang hanya memperkaya diri.
Saya takjub, bukan main
bahagianya ketika kebaikan ditebar di mana-mana. Ketika sebuah LDK mampu
bersinergi dengan UKM-UKM lainnya. Tampak jelas dari packaging acara ini. Sambutan
hangat dari pihak rektorat, sambutan hangat juga datang dari perwakilan
pemerintah daerah Kota Surabaya, penampilan kontemporer karawitan, poem art,
dan lainnya. Apakah UNAIR sudah masuk level kampus madani kah?? :)
Kaki saya melanjutkan pijakannya ke
arah aula utama, undakan tangga-tangga itu saya langkahi perlahan. Saya
berpikir, adakah kejutan baru lagi yang akan saya temui di sini? Sebegitu lekas
berlalunya perubahan yang ada, kampus bukan hanya sebgai tempat untuk memuja
intelektualitas, namun juga sebagai ruang untuk merendahkan diri di
hadapan-Nya. Semakin menjulangnya ilmu maka akan semakin kuat ketaqwaan
seseorang, itulah fitrah yang seharusnya terjadi.
…
Seminar jurnalistik oleh Jusman
Dalle.
“Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan qalam (alat tulis).” Al-Alaq: 4
“Saya lebih takut terhadap pena
seorang penulis, ketimbang 1000 bedil tentara musuh.” (Napoleon Bonaparte)
Jurnalistik. Opini negatif
terhadap jurnalistik buat saya memang semakin tidak terbendung. Kebebasan semu.
Penjajahan baru di jagat media. Ketika pelembagaan penyiaran publik dan
komunitas sedemikian rupa dimandulkan, ketika kebijakan publik hanya menjadi
sumber legitimasi media sebagai institusi bisnis, ranah media tetap tidak
kondusif bagi pembentukan public civility.
Namun, bukan itu poin utamanya.
Tapi bagaimana seorang Jusman Dalle ini bergerak untuk mengajak, kembali
membangkitkan semangat menulis para kaum muda, pemuda ISLAM. Karena kini adalah
era mempengaruhi melalui opini. Karena siapa yang memegang media saat ini, maka
dialah yang memegang parlemen kekuasaan, karena medialah yang memegang palu
keadilan.
Kawan, untukmu yang merasa resah
dan merasa tidak dapat menulis, tidak memiliki bakat untuk menulis, maka
ingatlah pesan ini baik-baik kawan. Perubahan itu dimulai dari sesuatu yang
kecil, dimulai dari sesuatu yang tak terlihat. Laiknya partikel-partikel atom
yang membentuk gugusan-gugusan kemudian membentuk galaksi yang tak terhingga
jumlahnya, seperti unsur-unsur pada bebatuan yang mengisi bintang, dan seperti
butiran bola api yang menyelimuti sang surya. Semua bermula dari sesuatu yang kecil
bahkan tak terlihat, namun kemudian terbentuklah sesuatu yang sangat tampak dan
begitu terasa. Begitu pula menulis, serpihan-serpihan ide-ide kecilmu, yang
kemudian kau tulis, sedikit demi sedikit, pelan-pelan, namun konsisten, adalah
tindakan yang sangat berharga untuk mengakumulasikan potensi kebaikan yang ada
dalam diri, bisa jadi kemudian akan
menjadi sebuah perubahan tingkah laku dan pola hidup dari setiap individu. Dan
bila saja semua kader melakukan hal sederhana ini, menuliskan setiap
ide-idenya, meski itu hanya secuil saja, maka perubahan besar akan tampak di
kemudian hari. Buat saya sendiri, menulis itu bukan sekedar menyampaikan gagasan, namun mengekspresikan perasaan.
Dan lihatlah Jusman Dalle.
Keberhasilan menembus media yang kini berhasil ia raih tentu saja bukanlah hasil dari kerja-kerja yang instan. Butuh waktu 2 tahun lebih dengan ratusan percobaan. Gagal,
gagal, gagal, dan gagal menembus media terus menerus ia rasakan sebelum
akhirnya kini ia bisa dengan mudah menerbitkan tulisannya di media-media
nasional. Dan lihatlah Edison, dari 1000 kali percobaan, dia gagal membuat
lampu pijar sebanyak 999 kali. Tapi, apa katanya??? ‘Aku tidak melakukan kesalahan, aku hanya berhasil menemukan 999 cara
yang salah,’ itulah prinsip dasar optimisme. Dibutuhkan sebuah langkah kecil
untuk membuat sebuah lompatan besar.
It begins with one small step to
make a giant leap.
…
bersambung…
0 komenkomen:
Post a Comment
Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks