April 3, 2013

HARI 2 - RAPIMNAS FSLDK ke 1


“Welcome to the reality!” ujar saya dalam hati. Inilah fakta yang sebenarnya kita hadapi. Bahwa dinamika dakwah kampus di pulau-pulau bagian Timur Nusantara jauh lebih bergejolak daripada dakwah kampus di bagian Barat Nusantara –Jawa-. Maka tak heran ketika –sebagai contoh saja- ada usulan untuk membuat sebuah training center di tiap-tiap PUSKOMDA, tentu saja ada yang merasa belum siap, karena alasan berbagai faktor, namun mayoritas adalah karena kurangnya SDM. So, open your eyes and open your mind, guys! Coba dengarkan dan perhatikan lamat-lamat kisah mereka, kisah inspiratif dari 161 aktivis dakwah kampus yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Keyakinan saya pun mulai dibenturkan dengan realitas lokal. Dan saya tahu jelas tatapan mata mereka berubah, ketika ternyata idealisme masa mudanya yang masih menggebu-gebu itu tidak sejalan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Melihat yang lain, bahwa tak sedikit dari mereka yang tumbuh berjuang dengan tempaan yang luar biasa. Mereka juga tidak mengenal kata menyerah. Saudara kita. Satu tanah air.

Karena bisa saja sistem yang didesain sedemikian rupa dengan dasar filosofi yang melangit dan riset-riset komprehensif, ternyata akan menjadi sangat sulit untuk diimplementasikan merata di seluruh Indonesia.
But I see that the bright future’s ahead of us. Dream on!

30 Maret 2013. Kegiatan kami hari ini sebagian besar diisi oleh Rapat Komisi. Kebetulan saya mendapat kesempatan mengikuti Rapat Komisi sesuai dengan fokus saya di LDK yaitu ke-LDK-an (kaderisasi). Satu, dua, lima, tujuh, sepuluh, ah.. begitu banyak perwakilan PUSKOMDA yang hadir di ruang Rapat Komisi B ini. Mereka yang hadir membawa sejuta pemikiran baru, pembangun keyakinan kami akan langkah-langkah kecil kontribusi diri ini sebagai salah satu abdi untuk kampus, untuk negeri, untuk Islam.

Ruangan ini luas. megah.. dilengkapi dengan pendingin ruangan yang memang begitu dingin hingga jas almamater yang saya kenakan pun tak mempan untuk sekedar menghalau udara yang dikeluarkan dari mesin canggih itu. Tapi hawa dingin ini seperti tidak terasa. Teredam oleh panasnya suasana rapat ini. Kemunculan-kemunculan ide brillian dari para ADK ini. Kesenjangan realita yang mereka hadapi. Perbedaan rintangan yang mereka lalui… Hingga rasanya tak cukup waktu 1 jam untuk sekedar membahas 1 fokus kerja saja, jika saja tak ada dari mereka yang mau membuka pikiran lebih luas lagi, jika saja tak ada dari kami yang mau mendengar curahan hati ADK dari belahan Nusantara yang lain… Maka mengalah, bukan berarti kalah. Tapi ini adalah jalan efektif memberikan keteladanan.

Itulah kehidupan, yang begitu saya yakini bahwa universitas kehidupan telah Allah sediakan di manapun. Bukan hanya di universitas atau sekolah yang jika kita ingin belajar di sana harus mengenakan seragam. Di sini, di pertemuan ini, di hati ini, semoga bisa menjadi ruang untuk sekolah kehidupan bagi kami, bagi kita semua. Dan, keseharian yang kami jalani adalah kehidupan seorang aktivis dakwah kampus, bukan orang suci. Manusia, lebih kurang dan keseimbangannya. Itu sebabnya saya belajar. Saya belajar, maka saya ada.

Namun inspirasi bisa saja justru menjadi pisau bermata dua. Menginspirasi dapat membuat orang lain melihat adanya kesempatan di hadapannya untuk mengalahkan gunung-gunung mimpi. Dan inspirasi yang sama pun juga justru dapat membuat orang lain melihat ketidakberdayaannya menghadapai jalan yang terjal. Benarkah??? Maka bukalah mata dan ayo lihat sekeliling kita, tapaki berbagai kisah bukan hanya dari tetangga sebelah, namun dari desa yang pelosok.


Syaikh Waleed-seorang ustadz lulusan Darul Ulum Mesir. Salah seorang individu yang dapat begitu jelas saya lihat pendar-pendar kebaikan di wajahnya. Masya Allah, saya melihat pancaran kebaikan itu melimpah-limpah dari tiap tutur kata dan cara bicaranya yang begitu persuasif. Saya perhatikan para ADK begitu bersemangat memperhatikan Syaikh Waleed –meski tak sepenuhnya bahasa arab yang Beliau sampaikan dapat kami mengerti dengan baik-, tak ada burat-burat lelah di wajah mereka meski tak sedikit yang bersitegang ketika Rapat Komisi sebelumnya. Ya, saya tahu karena mereka melakukannya tanpa pamrih, ah, atau mereka memang sudah begitu yakin jerih payah dakwah mereka akan berbalas keridhoan-Nya dan surga-Nya kelak.

Ada beberapa hal yang begitu terngiang dalam ceramah yang disampaikan oleh Syaikh Waleed ini. Dan kesemuanya adalah poin-poin contoh bentuk dakwah inovatif:

  • Menshare catatan kuliah kepada teman-teman melalui mailing list atau note di facebook atau media hi-tech apapun yang dapat digunakan. Lalu di bawahnya, selipkanlah tausiyah penggugah semangat beribadah.
  • Ketika ramadhan tiba, buatlah sebuah kelompok pemuda pembangun makan sahur. Namun kata-kata yang diteriakkan bukanlah sekedar kata-kata untuk mengajak bangun dari tidur, namun syair-syair tausiyah atau mahfuzhat yang disampaikan berbeda dari hari ke hari selama bulan ramadhan. Kemudian di akhir ramadhan, berikanlah award pada orang yang mampu melafalkan syair terbanyak.
  • Tak ada salahnya membuat acara menonton pertandingan sepak bola bersama teman-teman amah. Namun pada pembukaan acara, sisipkanlah tausiyah. Tak mudah memang, namun bukan berarti mustahil untuk dilakukan.


Ya. Tak banyak yang dapat beliau contohkan. Karena inovasi-inovasi dari kita lah yang lebih menentukan.

Tujuh ribu percik air tak mampu membawa sampanku berlabuh ke pulau
Antologi puisi pun kadang gagal di tapal batas untuk sekedar menyentuh tepian kalbu
Seni fleksibilitas diri ini berjalan, bersentuhan dengan kehidupan yang baru
dan cawan kosong ini selalu tengadah untuk anggur yang berbeda tiap kalinya
dari itu… aku selalu rindu melakukan perjalanan. Merasakan kesendirian ataupun kebersamaan yang baru. Menikmati kelelahan atau tiap-tiap resiko di dalamnya. Memeluk selalu rasa takjub dan kekaguman terhadap semesta ciptaan-Nya.
jadi mari bayangkan paralon, awal dan akhir, serta rongga tengahnya yang berisi udara…



0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks