November 15, 2013

...dan abaikanlah

Bukankah,

pada tiap-tiap menjejak langkah

dalam kasih sayang, Tuhan menitipkan kalimat?

Fajar, siang, senja, malam

tanpa pernah bergulir waktu

Terkecuali atas nikmat yang bertebaran dari Arsy-Nya

Semesta masih saja membalas tawa,

meskipun getir

dan sela jemari malaikat masih sudi menyelipkan karunia

untuk apa makna pekat jelaga petang hari ini...

Bila masih akan turun gerimis esok pagi... 

Dan aku...

teramat lancangkah mendikte takdirNya?

Bukankah,

pada tiap-tiap menjejak langkah

dalam kasih sayang, Tuhan menitipkan kalimat?

lalu di penghujung masa

sampai lembayung berubah menjadi temaram sengit

antar mata dewa hingga ke telapak kaki langit

Ketika itu aku begitu ingin keluh jenuhku

Kubiarkan

Di ruas batang-batang krisan yang hampir mati...

Bukankah,

pada tiap-tiap menjejak langkah

dalam kasih sayang, Tuhan menitipkan kalimat?

atas benih-benih hikmah yang berserakan di tepi-tepi jalan kehidupan...

menggantung dalam rinci bimasakti

memoar dari depa-depa fenomena semesta

ia hadir dari goresan-goresan penafsir ibrah

melebur dalam kata-kata orang bijak

namun hidup dan mati dalam ragaku sendiri...

Bukankah,

pada tiap-tiap menjejak langkah

dalam kasih sayang, Tuhan menitipkan kalimat?

tak perlu pedulikan angin

ia hanya ingin menggoda belukar yang goyah

bukan untuk menyapa diri kita yang sudah sejak lama menyombong pada luka

tak perlu pedulikan lafadz yang terpatri di luar kepala

kita memiliki kisah sendiri

menyeruaknya dalam aliran darah di jantung kita sendiri

di antara akar-akar rerumputan berduri

kita memiliki kisah sendiri

mengenang nyanyian yang pernah dipersembahkan langit untuk bumi

kita memiliki kisah sendiri

menyungging senyum pada episode hidup kita masing-masing...

0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks