skip to main |
skip to left sidebar
skip to right sidebar
Pada munajatku di sepertiga malam
kau menjelma petang
yang tak memejamkan mata
yang menguak bening tengadah menerima sinar pertama
yang melengkung sunyi karena pasrah menerima bunyi-bunyi
Saat mentari mengambang nyaman di atas ubun-ubun
dalam munajatku kau menjelma pucuk-pucuk baru pinus yang hijau
yang tanpa henti mempertanyakan sesuatu yang muskil kepada angin yang mendesau entah dari mana ia datang
Dalam munajatku sore ini kau menjelma seekor burung merpati yang mengibas-ngibaskan sayapnya dalam hujan, yang bersembunyi di antara dahan pohon dan menggugurkan bulu-bulu bunga jambu, yang seketika resah dan terbang lalu bersembunyi di ranting cemara itu
Senja ini dalam munajatku kau menjelma angin yang semilirnya begitu lembut dari nun di sana, berjingkat di bahu-bahu jalan dan menggapai-gapai pipi dan bibirnya, di rambut, kening, dan alisku
Dalam munajatku saat petang kau menjelma denyut nadiku, yang begitu tegar bersitahan pada rasa nyeri yang tanpa berbatas, yang sabar mengusut cerita, yang tak putus-putusnya bersenandung bagi kehidupanku
Aku mencintaimu,
itulah mengapa aku tak akan pernah selesai memohon keselamatan untukmu..
Syafakallahu, Bapak... Aku mencintaimu
0 komenkomen:
Post a Comment
Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks