January 29, 2014

full of emotion -part 1-

Clever and civilized men will not stay home
Leave your homeland and explore foreign fields
Go out! You shall find replacements for those you have left
Give your all, the sweetness of life will be tasted after the struggle

I have seen that standing water stagnates
If it flows, it is pure, if it does not, it will become murky
If the lion doesn't leave his den, he will not it
If the arrow does not leave the bow, it will not strike

If the sun stands still in its orbit
Man will tire of it

Gold dust is merely soil before excavated
Aloewood is just ordinary wood if in the forest

-Travel by Imam Syafi'i-


Welcome back Tyas!!!
Setelah sekian lama mungkin saya hiatus, akhirnya saya kembali lagi. Hari ini saya diberikan nikmat sakit oleh Allah sehingga saya diberikan waktu untuk sedikit rehat dari kegiatan sok sibuk saya hehehe. Mungkin ini akan menjadi postingan yang sangat panjang, meski sebenarnya saya tidak menceritakannya secara lengkap hehe akan saya simpan beberapa bagian untuk saya sendiri. Sengaja saya tuliskan di sini, agar terus menempel dalam ingatan saya, atau mungkin ada seseorang di luar sana yang bisa mengambil hikmah dari cerita saya.. Siapapun itu.

Berawal dari mimpi saya, mimpi yang beberapa kali sempat tertunda, terutama karena restu orang tua. Betapa orang tua saya over-protective pada anak nakalnya ini. Wajar.. jarang ada anak sekeras kepala saya. Se sok tau saya. Jadi wajib dilestarikan.. Dan ini tentang mimpi. Mimpi saya memang terlampau banyak. Terkadang juga bisa jadi sangat tidak realistis. Gak masalah, bermimpi kan gratis. Tapi satu hal, mimpi akan tetap menjadi mimpi, jika kita tidak segera bangun dan mewujudkannya menjadi kenyataan di hidup kita. Namanya berjuang!

Ini cerita ketika saya bangun dari tidur, sebelumnya saya sudah seringkali bermimpi untuk menjamah negeri lain, leave my homeland, seperti kata Imam Syafi'i di atas.. Berkali-kali saya juga sudah terbangun dari mimpi itu. Sekali, dua kali, saya gagal memperjuangkannya. Gak masalah. Masih ada milyaran mimpi yang siap untuk saya raih. Belajar dari jatuhnya saya berkali-kali, sakit rasanya. Tapi hanya lecet sedikit. Saya masih bisa bangkit. Dan akhirnya mimpi kali ini, saya lewati dengan tertatih.  

Beberapa bulan yang lalu, saya lihat info di sosial media, sebelumnya saya juga sudah berkali-kali melihat posternya di mading.. Dalam hati saya berkata, ah mimpi saya.. tapi kok saya ciut ya? saya gak berani...exchange programme.. winter exchange programme.. saya abaikan segala info tentang itu.. Sampai beberapa hari di depan, hati saya tergerak. Saat itu saya tidak langsung mendaftar.. Saya hubungi orang tua saya, saya minta izin untuk mengikuti seleksi.. Orang tua saya hanya bilang, "Ah seperti itu lagi? Next time aja ya San..."

Tess.. Hanya setetes air yang jatuh dari pelupuk mata saya. Tapi suara saya saat itu sudah bergetar. Sambungan telepon masih belum mati. Saya coba lagi untuk minta izin. Akhirnya orang tua saya luluh. Yes! Saya dapat restu. Saya lanjut. Saya, si keras kepala ini akhirnya berhasil lolos tahap 1. Dengan segala persyaratan seperti motivation letter, TOEFL score, curriculum vitae, dan lain-lain.. saya berhasil lolos tahap 1. Saya lewati terus semuanya. Saya persiapkan dengan matang, segalanya. Tahap demi tahap saya matangkan persiapan saya. Dalam hati saya katakan, saya gak boleh gagal lagi! Hingga saya berhasil melewati semua tahap. Ya, saya lolos! Alhamdulillah.

Inilah benar-benar pengalaman menarik saya. Mari kita mulai.
Untuk program exc ini, semua akomodasi untuk di negara tujuan (destinasi saya adalah Rusia) sudah lengkap, yang belum tercover adalah biaya untuk tiket PP, visa, passpor, dan beberapa keperluan sebelum keberangkatan. Saya terima itu semua. Meski saya tau,saya gak mungkin minta orang tua saya. Tapi saya nekad. Saya akan cari donatur. Ok. 

Hari-hari di bulan november saya lewati dengan rutinitas baru saya: mengajukan proposal, mencari donatur. Saya masukkan proposal ke beberapa instansi. Saya masukkan proposal saya ke 10 bank, 5 kementerian, 15 instansi, dan 20 orang (personal). Setiap hari, entah sudah berapa uang saya keluarkan untuk print proposal, CV, LoA, dll. Entah berapa jam waktu yang saya habiskan untuk tour keliling solo mencari dana, menemui orang, mem-follow up-i proposal yang sudah saya masukkan, dan segalanya, banyak usaha yang telah saya lakukan, banyak sekali, hingga saya tidak mungkin menuliskannya di sini satu-satu. Saya bekerja keras. 

Hingga desember pun tiba, hari keberangkatan saya semakin dekat, saya tidak tahu seperti apa hari-hari ke depan akan saya lewati, usaha seperti apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan dana? Hingga desember pertengahan saya mulai ragu. Energi saya mulai melemah. Tekad saya mulai pudar. Sampai akhirnya saya putuskan untuk menyerah, saya katakan pada dosen pembimbing saya di kampus, Pak, saya cukup di sini saja mungkin... Dosen saya hanya bilang, "Seperti bukan tyas..".. "Tyas gak seperti ini orangnya.."

Saya coba tenangkan diri. Tidak lama. 2 hari. Saya bergerak lagi. Saya coba segala kemungkinan. Hingga mendekati akhir desember. Saya hanya fokus untuk mengurus dokumen-dokumen yang diperlukan. Saya akan membuat visa.

Ini adalah pengalaman pertama saya membuat visa. Akhirnya saya tau, ternyata visa itu ada macam-macamnya ya. Ada tourist visa, bussiness visa, homestay/humanitarian visa, dan student visa. Biasanya itu.

Saya coba cari tau tentang visa rusia. Saya juga tanyakan kepada panitia dari Rusia dan Indonesia. Akhirnya saya diberitahu bahwa saya harus menggunakan homestay visa. Kenapa? karena pertama, saya tidak mungkin membuat student visa, karena saya tidak dengan tujuan untuk studi dalam jangka panjang. Kedua, saya tidak mungkin membuat bussiness visa karena ketika saya kembali ke Indonesia, maka saya harus memberikan bukti penghasilan yang saya dapat selama di sana. Ketiga, saya juga tidak mungkin membuat tourist visa, karena tourist visa ini berlaku untuk 14 hari/21 hari/30 hari dan juga harus memiliki bukti reservasi hotel, padahal saya akan berada di Rusia selama 6 minggu dan akan tinggal di rumah buddy saya, dengan hostfam saya. Maka saya membutuhkan homestay visa.

Di sini. Homestay visa. Saya cari tau apa saja persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat homestay visa? Yap, semuanya sudah bisa saya penuhi, kecuali satu, Invitation Letter dari Pemerintah Rusia. Saya bingung saat itu. Saya tanyakan kepada panitia tentang Invitation Letter itu. Dan kemudian mereka jawab, kamu akan mendapatkan invitation letter. Tunggu kabar dari kami.

Saya menunggu.. Cukup lama untuk ukuran orang seperti saya yang gak sabaran. Ketika itu saya fokus untuk mengurus dokumen. Soal dana? Tetap saya usahakan, bahkan lebih berat rasanya. Tapi seperti kata dosen, bukan tyas namanya kalau putus asa.. Saya lebih berpikir kalau dosen saya itu mau bilang, bukan tyas namanya kalau gak keras kepala hehe :D

Hingga awal tahun 2014 pun datang. Sejak desember saya seringkali menghubungi mereka menanyakan Invitation Letter saya. Mereka bilang, sedang di proses. Saya tunggu. Dan, saya sudah sangat tidak sabar. Saya sudah terlanjur membuat schedule. Ini gak boleh mundur. Karena kalau mundur, semua hal yang sudah saya rencanakan untuk ke depan akan otomatis tertunda. Lebih parahnya mungkin gagal. Naudzubillahi..

Saya kembali hubungi panitia di Rusia.. Selama ini memang kami hanya berkomunikasi via skype, fb, dan email. Tapi memang lebih sering melalui email. Akhirnya saya kembali mengirim email pada panitia di Rusia, namanya Ivan Pankrashin.

2 Januari 2014
saya bilang: 
Hello Ivan :) What about my IL? It's been quite a long time...

 4 Januari 2014
Ivan bilang: 
It should be already in Russian embassy in Jakarta, number of your IL is: 26xxxx or 26xxxx

saya bingung, number of IL? kok nomor? kok kode?
karena setau saya, Invitation Letter itu bentuknya ya kertas, physically keliatan, dikirim ke alamat saya. Karena bingung saya, maka saya tanyakan, maksudnya nomor IL itu apa dan apa yang harus saya lakukan dengan itu? Saya tanyakan hari itu juga. Ivan baru membalas email saya tanggal 6 januari.

6 Januari 2014
The original of your IL is already in the embassy, in Jakarta. You should go there and say that you have TELEX invitation with number 26xxxx or 26xxxx, and they will find it.

Oh, I see. Saya faham sekarang. Wah, saya harus gerak cepat nih. Saya langsung pesan tiket pesawat untuk keberangkatan ke jakarta tanggal 7 Januari dan kembali ke solo tanggal 9 Januari.

Deg! Saya lupa. I do not have money. Gimana nih caranya? Sementara saya harus segera mengurus. Saya usaha! Saya berdoa. Allah Maha Kaya. Dapatlah sejuta :) Malam itu juga saya pesan tiket PP Solo-Jakarta-Solo.

Besoknya saya berangkat ke jakarta. Pulang ke rumah. Istirahat dulu di tanggal 7 januari itu. Keesokan harinya, tanggal 8 Januari 2014, hujan deras tidak henti-hentinya mengguyur jakarta sejak pagi hingga petang. Pagi itu saya khawatir. Sangat. Bagaimana? Saya tidak mungkin mengurungkan niat untuk ke kedubes Rusia. Sementara waktu kerja mereka hanya sejak jam 9 pagi hingga jam 1 siang. Unfortunately, hujan semakin deras. Akhirnya naik taksi. Saya dan mama saya.

Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya ke kedubes. Dulu waktu sekolah saya suka keluar masuk kedubes. Mulai dari Jepang, Perancis, Jerman, Korea, Thailand, dll. Ngapain? Yaa.. iseng aja sebenarnya, scholarship hunter ;)

Tapi ini adalah pertama kalinya saya ke kedubes Rusia. Di mana saya? Saya gak tau jelas. Meski pegang alamatnya, tapi jakarta kelewat luas untuk dihafalkan oleh seorang pelupa seperti saya. "Tanya supir taksinya dong!", begitu kata teman saya. Hahaha, supirnya saja bingung. Alhasil kami nyasar. Bayangkan, kami mengelilingi Ritz-Carlton hingga 5 kali! Lucu sekali supir taksi itu. Hingga akhirnya kami berhasil sampai di depan gerbang kedubes. Pagarnya tinggi, memanjang, rapat, kokoh... Standar pagar-pagar di kantor kedubes memang seperti itu. Saya masih belum keluar dari taksi, hujan masih terlalu deras, dan Yaa Rabb.. kami lupa membawa payung. Duh.. saya tengok kanan-kiri. Ada halte busway, GOR Sumantri.. Terus kenapa? Yaa.. akan saya ingat-ingat. Jadi besok-besok, ketika saya ingin ke sini lagi, tidak perlu naik taksi mahal-mahal dan nyasar begini hehehe.. Cukup naik busway. Meski transit, pasti. Saya masih belum turun. Bingung. Mana Gerbang depannya? Ah nekad.. Saya buka pintu taksi, keluar, dan berlari menuju gerbang yang saya yakini itu adalah gerbang depan kedubes itu. Basah kuyup lah saya karena air hujan. Gerbang tertutup. Saya panggil satpam yang berada jauh di dalam sana. Sayangnya suara saya teredam oleh suara hujan yang makin deras. Saya teriak. Alhamdulillah, satpam itu langsung berlari ke arah saya, bertanya, ada apa.. "Pak, saya ingin buat visa.. Ini kedubes Rusia kan?"... Si satpam yang kurus itu agak berteriak, agar suaranya terdengar oleh saya, "Tutup mba kedubesnya. Besok ya..." WHAT????? TUTUP??? UDAH PESAN TIKET BUAT PULANG BESOK... Saya bengong, diam. Saya tanyakan sekali lagi, "Pak, kedubesnya tutup? Ini kan hari kerja Pak. Kok tutup?".. Si bapak itu kemudian menjawab, masih setengah berteriak, "Iya neng, liburan tahun baru, liburnya sampai hari ini. Besok udah buka lagi. Besok kemari aja lagi.".. Sedih. Kecewa. "Pak, ini beneran gak Pak? Saya ini dari solo pak. Udah pesan tiket untuk kembali ke Solo besok. Beneran gak Pak besok buka??" Tanya saya memelas, hampir leleh air mata saya. Eh Bapaknya ngotot, "Iya! Kan tadi udah saya bilang. Masa saya harus ulang berkali-kali sih!" Sewot. "Yaudah Pak, makasih ya..." Kata saya kesal.

Lemas rasanya. Hujan semakin deras. Bukannya segera berlari menuju taksi. Saya malah diam, mematung, kemudian baru berjalan, pelan. Hahaha sok sinetron deh Yas. Tapi serius. Saya benar-benar linglung dan ngerasa bodoh banget. Kenapa gak telpon dulu sih?

Oke. Sebenarnya saya sudah coba telpon kedubes dari minggu-minggu yang lalu. Setiap hari. Malah terdengar suara yang aneh. Sepertinya bahasa Rusia. Saya gak faham. Ketika saya bilang "Halo...".. "Ini benar dengan kedubes Rusia?.." "Halo, saya ingin tanya..."... lalalalala suaranya masih aneh. Setiap hari. Sekarang saya baru tau. Ternyata itu karena sedang libur.

Saya kembali ke taksi. Kami putuskan untuk pulang. Mama saya yang luar biasa itu menenangkan saya. Sementara saya ngamuk-ngamuk sendiri. Dan kalian tau? Supir taksi nya ikut sedih :D

Kami minta turun di halte busway di depan. Kuningan barat. Saat taksi sudah berhenti, Pak supir segera keluar dari taksi. Mau ngapain? Saya bingung. Bapak itu menuju bagasi. Dan... membawa payung untuk kami. Deg. Lah, kok saya tadi gak dikasih payung paaaaaaakkkk?????

-bersambung-

0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks