January 29, 2014

full of emotion -part 2-

Akhirnya, hari itu kami pulang. Kecewa. Mau tidak mau harus mengganti jadwal kepulangan. Saya ganti menjadi lebih lama. Tanggal 13 Januari.

Malamnya, saya cek email. Ada email masuk. Dari... sebut saja Mba Ipur. Isi email itu kurang lebih begini, "Tyas, saya dapat kabar dari Pak Iwan (sebut saja begitu) selaku xxx (intinya beliau adalah pejabat/petinggi di salah satu Kementerian), tolong dong kamu hubungi mba terkait keberangkatan kamu ke Rusia."

Bagaimana perasaan saya saat itu? Honestly, biasa saja. Biasanya untuk situasi seperti ini saya akan menjadi sangat girang. Tau kenapa saya seperti itu? Merasa biasa saja? Karena saya merasa, belum pasti saya akan mendapatkan bantuan. Kan baru diminta menghubungi. Tapi gak ada yang salah. Mungkin ini salah satu pintu rizki yang Allah berikan :) 

Saat itu sudah terlalu larut. Saya tidak berani menghubungi mba itu. Akhirnya saya urungkan niat, dan saya simpan kontaknya di hape. Sempat juga saya catat.

Besoknya, tanggal 9 Januari, cuaca mendung. Sepagi mungkin saya berangkat. Naik transjakarta. Seperti biasanya, Jakarta masih tidak berubah meski saya sudah tidak beraktivitas di sana selama 2,5 tahun. Kondisi antrian busway juga masih sama, padat. Macet. Terlebih karena Jakarta dilanda banjir saat itu. Perjalanan terasa sangat lama dan menjenuhkan.

Saya buka HP saya. Teringat, Mba Ipur. Langsung saja saya hubungi Mba Ipur. Tut tuutt...
"Halo..." Suara dari seberang sana.
"Halo Mba, ini saya Tyas Dessandie, yang mengajukan proposal permohonan ke Rusia.."
"Oh iya, begini dek, jadi dari pihak kementerian xxx hanya dapat membantu mengcover biaya transportasi kamu saja Tyas, tiket pesawat PP. Untuk uang saku, kami belum bisa membantu..."
Serasa ada desiran halus yang ada di hati saya saat itu. Ini bukan lebay. Tapi sungguhan. Rasanya perjuangan saya, keletihan saya, sakit hatinya saya selama ini akhirnya terbalaskan juga. Tiket PP? Mba nya bilang hanya tiket PP?? Itu bukan hanya Mba. Sangat-sangat membantu.. Tiket PP saja bisa 23-24 jutaan. Allahu Akbar. Alhamdulillah. Maha Suci Allah. Terima kasih yaa Rabb atas berkahmu...
".. eh.. I..i.iya mba.. tidak apa-apa. Terima kasih mba terima kasih.." kata saya sumringah.
"Seneng banget kamu kayaknya dek.."
"Oh, kok bisa tau mba? Emang keliatan?"
"Ya keliatan dong. Jadi kapan kamu berangkat?
Saya berpikir keras saat itu. Memperhitungkan hari. Proses visa express. Preparation. Time schedule. Akhirnya saya putuskan... Bismillahirrahmanirrahiim.
"Tanggal 16 Januari Mba dan kepulangannya tanggal 3 Maret.."
"Oke, ini mba pesankan tiket dulu ya..."
".....Iya mba.. terima kasih mba ya terima kasih"
"Iya.."
tut. tuutt... putus.

Wah langsung dimatikan. Kok gak salam ya? Apa non-Islam mungkin. Iya barangkali. Yasudah gak apa-apa. 
Alhamdulillah.. I imagined that I was like a large caravan that had traveled thousands of miles in the middle of the desert. I'd chased off many packs of howling dogs and bandits. Now, when my leg was starting to feel fatigued and my camel beginning to waver, I faintly saw an oasis on the horizon. Green palm fronds waving in the distance...
Just a little more to go :) Alhamdulillah..


Segalanya terasa ringan saat itu. Allah seakan benar-benar mengabulkan semua doa saya. Menjawab ikhtiar saya. Membalas semua pengorbanan saya. Saya benar-benar bahagia saat itu. Tak lama setelah itu, saya segera menghubungi keluarga, kerabat, dosen, dan semua orang yang memberikan dukungan moril terhadap saya. Saya membagi kebahagiaan saya. Alhamdulillah.. mereka turut bahagia :)

Karena saking bahagianya saya, perjalanan melelahkan dan menjenuhkan di transjakarta seakan lenyap dan tibalah saya di halte GOR Sumantri. Alhamdulillah, benar kata satpam, sudah buka kembali.

Ternyata gerbang yang saya datangi kemarin itu gerbang belakang, gerbang depannya terletak beberapa meter di sebelah kanan. Oke. Saya bingung nih. Gak ada satpam. Hanya ada satu mobil. Pagarnya gak bisa dibuka. Digembok gak mungkin. Harusnya pintunya otomatis kan? Bingung. Saya cuma diam saja di depan gerbang. Eh, tiba-tiba gerbangnya kebuka :D horeee!!

Masuk lah saya. Dimintai kartu identitas, disuruh meletakkan tas, diperiksa barang bawaan, melewati metal detector, mengisi form tamu, dan disuruh menunggu. Tidak ada resepsionis, hanya ada beberapa bule di sini. Hanya saya yang orang Indonesia. Dan si satpam. 

Semenit, 7 menit, 10 menit. Keluarlah seorang mba-mba ramah, orang Indonesia. Menanyakan keperluan saya. "Saya mau membuat visa mba, ini dokumen-dokumen saya dan visa applicationnya. Oh ya, ini saya diberikan number of Invitation Letter untuk IL nya, bagaimana?". Si mba itu tersenyum, "Oh iya, sepertinya sudah ada deh undangan untuk yang namanya Tyas." Saya tersenyum, bahagia sekali. Kemudian saya tanya, "Mba, untuk biayanya berapa ya?".. Mba itu balik bertanya, "Mau yang express atau normal? Kalau yang express 175 USD tapi kalau yang normal 70 USD. Untuk yang express prosesnya 1-3 hari kerja. Sementara yang normal, seminggu hingga 14 hari." Saya kembali bertanya, "Mba, saya ingin yang express, tapi uang saya ini masih dalam bentuk rupiah, kalau saya tukarkan di money changer dulu bagaimana mba?". Mba itu menjawab, "Oh, bisa kok dengan rupiah, tapi jadi lebih mahal, totalnya jadi 2.187.500...".. Saya ambil keputusan, "Oh iya mba tidak apa-apa. Ini uangnya." Saya serahkan uang dan seluruh dokumen saya. Kemudian mba itu kembali tersenyum, "Oke, sebentar ya saya cetakkan IL nya dan saya buatkan kwitansinya".. Saya jawab iya sambil tersenyum.

Kembali saya menunggu, 10 menit. Mba itu kemudian keluar. Nama saya dipanggil.
Kemudian mba itu menginfokan hal yang gak pernah saya duga sebelumnya. This is my first experience!
"Mba, ini IL nya sudah saya cek, tapi ternyata bukan TYAS DESSANDIE. Tapi TYAS AYU"
Kaget. Kembali saya dibuat bingung.
"Mba, ini kan nomor nya ada dua, apa mba sudah cek kedua-dua nya?" Tanya saya bingung.
"Sudah mba. Ini..." Mba itu menyodorkan dua kertas fax. Ya, TYAS AYU!

Rabb... nama saya TYAS DESSANDIE... itu TYAS AYU siapa sih?????

"Mba, ini maaf tidak bisa saya proses ya, karena harus ada undangan resmi dari pemerintah Rusia. Coba ditanyakan dulu ya ke pihak Rusia nya." Kata mba itu tetap ramah.

Uang saya dikembalikan beserta dengan dokumen-dokumen saya. Lagi-lagi saya harus kecewa. Saya pulang. Saya bingung harus bilang apa ke orang tua saya????

Hari itu juga, sepulangnya saya dari kedubes, saya langsung mengirim email ke Ivan.

9 Januari 2014
Saya: 
i've already go to the Russian Embassy at Jakarta and check my IL. But those IL that you've given to me are incorrect. In those IL, written TYAS AYU. But my name is TYAS DESSANDIE, could you please send my IL today?
Because I just have tomorrow for making a visa and the day after tomorrow is holiday.
Please :)
thanks a bunch, Ivan :)
 

di hari yang sama Ivan membalas email saya.
Ivan: Did you check both numbers? One is TYAS AYU, and second?

Saya katakan bahwa di kedua IL itu tertulis TYAS AYU, bukan nama saya.

10 Januari 2014
Ivan: Both of them are for the same person?

Saya: The employee in the Embassy said that both of them are not written as my name, Tyas Dessandie..

Ivan: We will find it out on monday 

-bersambung-

0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks