Subhanallah walhamdulillah walaa-ilaaha illallah wallahu
akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah.
Syahadatku terasa semakin bermakna ketika aku mampu menunjukan jalan cahaya-Mu
kepada mereka. Bukan karena aku, tapi ini semua hanya karena-Mu. Karena hidayah
yang mereka dapatkan semata-mata hanya atas kehendak-Mu. Aku hanyalah fasilitas
yang seharusnya bermanfaat untuk mereka, bukan untuk dimanfaatkan. Makin jelas
pula maksud hadits yang menyebutkan bahwa sebaik-baiknya insan adalah insan
yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Kini aku semakin mengerti bahwa keimanan
tak cukup dirasakan dalam hati, tapi ia juga harus diucapkan lewat lisan, dan
diamalkan lewat perbuatan. Dan aku selalu berkata pula pada tiap-tiap binaanku,
“senantiasalah perbaharui syahadat kita. karena mungkin saja di pagi hari kita
adalah seorang muslim, tapi di siang hari, sebaliknya…”
Dan tentang LDK. Hmmm… Tempat ini semakin berkesan kala aku
mengingat-Mu. Dimana aku bisa menjadi seorang yang aktif. Hidup yang dulu hanya
tersibukkan untuk sekedar disibukkan dengan aktivitas-aktivitas yang berjubel
tapi tak terasa lelah karena disitu ada Engkau. Lelah yang harus kurasakan
adalah bagian manis dari tiap episode perjalanan ini. LElah yang kami rasakan
begitu tak terasa ketika terngiang kembali janjimu. Lelah yang kami rasakan
bahkan sungguh tak cukup untuk membeli surga-Mu. Ukhuwah yang terjalin di sana
juga begitu sampai ke hati. Mereka dengan berjuta kekurangan dan kelebihan
selalu tertutupi dengan rasa sayang karena-Mu yang begitu dahsyat, tapi tak
melebihi dahsyatnya cinta kami kepada-Mu. Pertama kali aku begitu heran, mereka
baru ku kenal bahkan tak memiliki ikatan darah sedikitpun denganku, tapi kenapa
Kau menaruh rasa rindu di hati ini apabila kami tak bertemu sehari saja?
Ajaib.. Masya Allah..
LDK. Mengisi hari-hariku dengan butir-butir kebaikan.
Mengharmonisasikan hariku menjadi sebuah kisah yang sungguh tak terlupakan. Dan
selalu saja ada yang bergetar ketika aku melihat limpahan kebaikan beredar di
mana-mana. Ketika kulihat wajah-wajah saudaraku yang tak pernah tertekuk ketika
harus mencuci gelas-gelas bekas pakai setelah kajian, memasang spanduk
publikasi acara, mengangkat kursi-kursi, atau bahkan berpanas-panas saat survey
lokasi outbound. Ya, kulihat energi itu meluap-luap, energi untuk saling
berlomba mendapatkan pahala. Meski aku
tak tahu apakah mereka ikhlas atau tidak. Meski aku tak tahu niat seperti apa
yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Jadi biarkanlah niat itu tenggelam
dan jatuh di palung terdalam, biarkan hanya mereka dan Kau yang tahu. Tapi yang
aku tahu, melihat mereka bergerak, membuatku tersadar bahwa aku tak boleh
berhenti. Melihat mereka bekerja, membuatku tersadar bahwa aku tak boleh
berpangku tangan. Dan melihat mereka merendahkan diri di hadapan-Mu, membuatku
tersadar bahwa sungguh hanya Kaulah yang pantas dipuja, Rabb yang meniupkan ruh
padaku.
Kawan, begitu banyak kisah berkesan yang aku alami di LDK
ini. Kau tahu bagian manakah dari kisahku di LDK yang begitu berkesan?
Bukan tentang penyambutan mahasiswa baru yang selalu dihelat
dengan agenda-agenda yang begitu besar, bukan tentang acara rihlah dengan
tempat tujuan pemandangan alam yang sangat indah, dan bukan pula acara tabligh
akbar yang mengundang tokoh nasional.
Suatu moment terbaik yang pernah kurasakan adalah ketika aku
dan beberapa sahabat berjualan berbagai makanan dan minuman untuk memenuhi
kebutuhan dana suatu kegiatan di LDK. Bagaimana kisah ketika setiap pagi kami harus
sudah bergegas mengambil barang dagangan di produsen, kami tak boleh telat
meski hanya lima menit saja, karena itu berarti kami akan telat pula untuk
kuliah, kemudian kami melajukan kendaraan kami ke tiap-tiap sudut strategis
kampus, tempat kami menaruh barang dagangan. Kisah bagaimana ketika kami harus
menunggu barang dagangan yang ternyata belum masak dan membuat kami
terburu-buru mengejar kuliah. Kisah ketika bagaimana kami harus merasakan
pahitnya ketika uang hasil berjualan sangat kurang dari keuntungan yang
seharusnya didapat. Kisah bagaimana kami begitu menghargai uang senilai lima
ratus rupiah yang ternyata sangat besar artinya. Kisah bagaimana kami jadi tahu
bahwa sulit sekali mendapatkan selembar uang seribu rupiah. Kisah bagaimana
harunya kami ketika berhasil mendapatkan keuntungan yang cukup untuk membantu
kebutuhan dana agenda kami itu. Juga kisah bagaimana kami mondar-mandir untuk
mencari wadah makanan yang hilang. Serta begitu banyak kisah lain yang tiap
detailnya membuat kami begitu memaknai arti kerja keras, menghargai
keterbatasan, bersyukur untuk tiap detik yang Kau berikan, ikhlas tanpa
tendensi apapun, senyuman kepuasan, serta cinta yang sulit untuk aku gambarkan.
Ah, bahkan tiap kali mengingatnya dan hingga detik ini aku menulisnya, ada rasa
haru bahagia yang membuncah dalam hati.
Syiar lainnya yang begitu membahagiakan untukku adalah
sebuah syiar yang aku dan beberapa sahabat lakukan beberapa minggu terakhir.
Pelayanan Masjid Kampus. Ketika kudapati Masjid Kampusku yang begitu luas
ternyata menjadi sangat sempit, seakan tak ada ruang untuk sekedar memijakkan
langkah menuju selasar, penuh sesak dengan rombongan-rombongan calon TKI yang
berasal dari berbagai daerah. Mereka yang ternyata sebagian besar belum
mengetahui adab-adab saat berada di dalam Masjid. Mereka yang sama sekali tak
memperhatikan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Mereka yang menghisap
gulungan kecil penyebab kematian yang asapnya membuat kami menahan nafas.
Laki-laki yang merebahkan tubuhnya di tempat yang seharusnya hanya untuk
perempuan. Laki-laki yang tanpa bersalah memasuki kamar mandi perempuan. Atau
mereka yang mengenakan alas kaki hingga ke dalam masjid. Atau mungkin mereka
yang tanpa peduli meninggalkan tisu bekas pakai di dekat kertas yang
bertuliskan huruf besar-besar “Mohon jangan meninggalkan tisu bekas di sini ^_^
Terima Kasih..”
Maka tak ada yang dapat kami lakukan selain menghela nafas,
mengelus dada, dan segera bergegas bertindak solutif untuk membenahi ini semua.
Kawan, aku begitu percaya bahwa setiap orang akan merasakan suatu perasaan
senang, atau bahagia, atau puas, atau entah apapun namanya yang mereka rasakan
setelah melakukan kebaikan. Sangat indah dan sulit untuk aku lukiskan.. Aku
tahu, tidak mudah memang untuk berlelah-lelah memperingatkan satu-persatu
laki-laki yang salah memasuki kamar mandi, meletakkan satu-persatu alas kaki ke
dalam rak, menempel-nempelkan kertas-kertas peringatan, menyapu selasar,
mengepel lantai, menguras bak mandi, atau mungkin membenahi saluran air yang
mampet. Tapi di sanalah letak kebahagiaannya. Ketika satu hal yang kau lakukan,
ternyata mampu bermanfaat bagi satu, dua, lima, puluhan, bahkan ratusan orang.
Dan di sanalah letak kebahagiaannya, ketika sedikit demi sedikit mereka
terbelajarkan bagaimana sebenarnya adab-adab di dalam rumahMu.
Ya Rabb, aku bersyukur… Kami bahagia…
Dan sungguh, tak dapat aku ceritakan satu per satu
kisah-kisah yang membuatku begitu mensyukuri keberadaanku di LDK. Rentetan
kegiatan LDK yang membuatku semakin mempercayai bahwa Kau adalah
seindah-indahnya pencipta skenario kehidupan. LDK bagiku adalah
sebuah tempat bagi mereka yang bersedia berkorban apapun tanpa pamrih. Sebuah
rumah nyaman penuh ukhuwah yang di dalamnya ternyata juga terdapat sahabat penguji
keikhlasan dan ketulusan. Sebuah ikatan persaudaraan pembangun kesadaran, serta
sebuah wadah bagi kami memberi kontribusi nyata. LDK bukanlah sebuah tempat
bagi mereka yang mengharap sertifikat tanda jasa dengan tanda tangan jajaran
pejabat kampus, kucuran dana besar per kegiatan dari block grand rektorat,
ruang rapat yang luas, serta fasilitas-fasilitas nyaman lainnya. Kuceritakan
sejujurnya bahwa kami hidup di sini dalam keterbatasan yang nyata dan
pengorbanan yang sebenarnya, tapi tahukah kau kawan, dengan segala keterbatasan
ini serta pengorbanan yang tak jarang harus kami lakukan, kami yakin kami akan
lahir sebagai para petarung tangguh dengan orientasi pengabdian.
LDK
bagiku adalah sebuah tempat untuk lepas dari orientasi yang hanya memikirkan nafsu
pribadi dan diri sendiri. Semua permasalahan di kampus ini yang dialami oleh
seluruh mahasiswanya adalah permasalahan kami juga. Semua ketidakteraturan yang
ada di kampus kami ini adalah tanggung jawab kita, dan setiap suara dari
mahasiswa adalah amanah kita.. Maka ketika pejuang-pejuang baru lahir, aku
sadari tidak ada sesuatu spesial yang bisa aku tawarkan untuk mereka, bukan
uang ataupun popularitas, mungkin penawaran terkonkritku hanyalah sebuah jalan
berbatu penuh onak dan duri menuju kebermanfaatan untuk orang lain, tapi akan aku
pastikan mereka akan menjadi saudara terdekatku dalam perjalanan ini, Kami akan
melaluinya bersama insyaAllah.
Saudaraku,
kalian telah menjadi salah satu bagian terpenting dari hidupku saat ini, hari
ini, selamanya… menjadi salah satu keluarga terdekat untuk berbagi dan
mencurahkan segala keluh kesah beratnya jalan kita di depan. Tetaplah di sini,
kita akan bergerak bersama, mari jadikan kepercayaan di antara kita sebagai
perisai dan niat kontribusi tulus untuk mengharap ridha-Nya sebagai tombak
kita.
0 komenkomen:
Post a Comment
Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks