April 30, 2013

Unspoken~~all 'bout LDK

Subhanallah walhamdulillah walaa-ilaaha illallah wallahu akbar. Asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah. Syahadatku terasa semakin bermakna ketika aku mampu menunjukan jalan cahaya-Mu kepada mereka. Bukan karena aku, tapi ini semua hanya karena-Mu. Karena hidayah yang mereka dapatkan semata-mata hanya atas kehendak-Mu. Aku hanyalah fasilitas yang seharusnya bermanfaat untuk mereka, bukan untuk dimanfaatkan. Makin jelas pula maksud hadits yang menyebutkan bahwa sebaik-baiknya insan adalah insan yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Kini aku semakin mengerti bahwa keimanan tak cukup dirasakan dalam hati, tapi ia juga harus diucapkan lewat lisan, dan diamalkan lewat perbuatan. Dan aku selalu berkata pula pada tiap-tiap binaanku, “senantiasalah perbaharui syahadat kita. karena mungkin saja di pagi hari kita adalah seorang muslim, tapi di siang hari, sebaliknya…”

Dan tentang LDK. Hmmm… Tempat ini semakin berkesan kala aku mengingat-Mu. Dimana aku bisa menjadi seorang yang aktif. Hidup yang dulu hanya tersibukkan untuk sekedar disibukkan dengan aktivitas-aktivitas yang berjubel tapi tak terasa lelah karena disitu ada Engkau. Lelah yang harus kurasakan adalah bagian manis dari tiap episode perjalanan ini. LElah yang kami rasakan begitu tak terasa ketika terngiang kembali janjimu. Lelah yang kami rasakan bahkan sungguh tak cukup untuk membeli surga-Mu. Ukhuwah yang terjalin di sana juga begitu sampai ke hati. Mereka dengan berjuta kekurangan dan kelebihan selalu tertutupi dengan rasa sayang karena-Mu yang begitu dahsyat, tapi tak melebihi dahsyatnya cinta kami kepada-Mu. Pertama kali aku begitu heran, mereka baru ku kenal bahkan tak memiliki ikatan darah sedikitpun denganku, tapi kenapa Kau menaruh rasa rindu di hati ini apabila kami tak bertemu sehari saja? Ajaib.. Masya Allah..

LDK. Mengisi hari-hariku dengan butir-butir kebaikan. Mengharmonisasikan hariku menjadi sebuah kisah yang sungguh tak terlupakan. Dan selalu saja ada yang bergetar ketika aku melihat limpahan kebaikan beredar di mana-mana. Ketika kulihat wajah-wajah saudaraku yang tak pernah tertekuk ketika harus mencuci gelas-gelas bekas pakai setelah kajian, memasang spanduk publikasi acara, mengangkat kursi-kursi, atau bahkan berpanas-panas saat survey lokasi outbound. Ya, kulihat energi itu meluap-luap, energi untuk saling berlomba mendapatkan pahala.  Meski aku tak tahu apakah mereka ikhlas atau tidak. Meski aku tak tahu niat seperti apa yang mereka sembunyikan dalam hati mereka. Jadi biarkanlah niat itu tenggelam dan jatuh di palung terdalam, biarkan hanya mereka dan Kau yang tahu. Tapi yang aku tahu, melihat mereka bergerak, membuatku tersadar bahwa aku tak boleh berhenti. Melihat mereka bekerja, membuatku tersadar bahwa aku tak boleh berpangku tangan. Dan melihat mereka merendahkan diri di hadapan-Mu, membuatku tersadar bahwa sungguh hanya Kaulah yang pantas dipuja, Rabb yang meniupkan ruh padaku.

Kawan, begitu banyak kisah berkesan yang aku alami di LDK ini. Kau tahu bagian manakah dari kisahku di LDK yang begitu berkesan?

Bukan tentang penyambutan mahasiswa baru yang selalu dihelat dengan agenda-agenda yang begitu besar, bukan tentang acara rihlah dengan tempat tujuan pemandangan alam yang sangat indah, dan bukan pula acara tabligh akbar yang mengundang tokoh nasional.

Suatu moment terbaik yang pernah kurasakan adalah ketika aku dan beberapa sahabat berjualan berbagai makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan dana suatu kegiatan di LDK. Bagaimana kisah ketika setiap pagi kami harus sudah bergegas mengambil barang dagangan di produsen, kami tak boleh telat meski hanya lima menit saja, karena itu berarti kami akan telat pula untuk kuliah, kemudian kami melajukan kendaraan kami ke tiap-tiap sudut strategis kampus, tempat kami menaruh barang dagangan. Kisah bagaimana ketika kami harus menunggu barang dagangan yang ternyata belum masak dan membuat kami terburu-buru mengejar kuliah. Kisah ketika bagaimana kami harus merasakan pahitnya ketika uang hasil berjualan sangat kurang dari keuntungan yang seharusnya didapat. Kisah bagaimana kami begitu menghargai uang senilai lima ratus rupiah yang ternyata sangat besar artinya. Kisah bagaimana kami jadi tahu bahwa sulit sekali mendapatkan selembar uang seribu rupiah. Kisah bagaimana harunya kami ketika berhasil mendapatkan keuntungan yang cukup untuk membantu kebutuhan dana agenda kami itu. Juga kisah bagaimana kami mondar-mandir untuk mencari wadah makanan yang hilang. Serta begitu banyak kisah lain yang tiap detailnya membuat kami begitu memaknai arti kerja keras, menghargai keterbatasan, bersyukur untuk tiap detik yang Kau berikan, ikhlas tanpa tendensi apapun, senyuman kepuasan, serta cinta yang sulit untuk aku gambarkan. Ah, bahkan tiap kali mengingatnya dan hingga detik ini aku menulisnya, ada rasa haru bahagia yang membuncah dalam hati.

Syiar lainnya yang begitu membahagiakan untukku adalah sebuah syiar yang aku dan beberapa sahabat lakukan beberapa minggu terakhir. Pelayanan Masjid Kampus. Ketika kudapati Masjid Kampusku yang begitu luas ternyata menjadi sangat sempit, seakan tak ada ruang untuk sekedar memijakkan langkah menuju selasar, penuh sesak dengan rombongan-rombongan calon TKI yang berasal dari berbagai daerah. Mereka yang ternyata sebagian besar belum mengetahui adab-adab saat berada di dalam Masjid. Mereka yang sama sekali tak memperhatikan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Mereka yang menghisap gulungan kecil penyebab kematian yang asapnya membuat kami menahan nafas. Laki-laki yang merebahkan tubuhnya di tempat yang seharusnya hanya untuk perempuan. Laki-laki yang tanpa bersalah memasuki kamar mandi perempuan. Atau mereka yang mengenakan alas kaki hingga ke dalam masjid. Atau mungkin mereka yang tanpa peduli meninggalkan tisu bekas pakai di dekat kertas yang bertuliskan huruf besar-besar “Mohon jangan meninggalkan tisu bekas di sini ^_^ Terima Kasih..”

Maka tak ada yang dapat kami lakukan selain menghela nafas, mengelus dada, dan segera bergegas bertindak solutif untuk membenahi ini semua. Kawan, aku begitu percaya bahwa setiap orang akan merasakan suatu perasaan senang, atau bahagia, atau puas, atau entah apapun namanya yang mereka rasakan setelah melakukan kebaikan. Sangat indah dan sulit untuk aku lukiskan.. Aku tahu, tidak mudah memang untuk berlelah-lelah memperingatkan satu-persatu laki-laki yang salah memasuki kamar mandi, meletakkan satu-persatu alas kaki ke dalam rak, menempel-nempelkan kertas-kertas peringatan, menyapu selasar, mengepel lantai, menguras bak mandi, atau mungkin membenahi saluran air yang mampet. Tapi di sanalah letak kebahagiaannya. Ketika satu hal yang kau lakukan, ternyata mampu bermanfaat bagi satu, dua, lima, puluhan, bahkan ratusan orang. Dan di sanalah letak kebahagiaannya, ketika sedikit demi sedikit mereka terbelajarkan bagaimana sebenarnya adab-adab di dalam rumahMu.

Ya Rabb, aku bersyukur… Kami bahagia…
Dan sungguh, tak dapat aku ceritakan satu per satu kisah-kisah yang membuatku begitu mensyukuri keberadaanku di LDK. Rentetan kegiatan LDK yang membuatku semakin mempercayai bahwa Kau adalah seindah-indahnya pencipta skenario kehidupan. LDK bagiku adalah sebuah tempat bagi mereka yang bersedia berkorban apapun tanpa pamrih. Sebuah rumah nyaman penuh ukhuwah yang di dalamnya ternyata juga terdapat sahabat penguji keikhlasan dan ketulusan. Sebuah ikatan persaudaraan pembangun kesadaran, serta sebuah wadah bagi kami memberi kontribusi nyata. LDK bukanlah sebuah tempat bagi mereka yang mengharap sertifikat tanda jasa dengan tanda tangan jajaran pejabat kampus, kucuran dana besar per kegiatan dari block grand rektorat, ruang rapat yang luas, serta fasilitas-fasilitas nyaman lainnya. Kuceritakan sejujurnya bahwa kami hidup di sini dalam keterbatasan yang nyata dan pengorbanan yang sebenarnya, tapi tahukah kau kawan, dengan segala keterbatasan ini serta pengorbanan yang tak jarang harus kami lakukan, kami yakin kami akan lahir sebagai para petarung tangguh dengan orientasi pengabdian.

LDK bagiku adalah sebuah tempat untuk lepas dari orientasi yang hanya memikirkan nafsu pribadi dan diri sendiri. Semua permasalahan di kampus ini yang dialami oleh seluruh mahasiswanya adalah permasalahan kami juga. Semua ketidakteraturan yang ada di kampus kami ini adalah tanggung jawab kita, dan setiap suara dari mahasiswa adalah amanah kita.. Maka ketika pejuang-pejuang baru lahir, aku sadari tidak ada sesuatu spesial yang bisa aku tawarkan untuk mereka, bukan uang ataupun popularitas, mungkin penawaran terkonkritku hanyalah sebuah jalan berbatu penuh onak dan duri menuju kebermanfaatan untuk orang lain, tapi akan aku pastikan mereka akan menjadi saudara terdekatku dalam perjalanan ini, Kami akan melaluinya bersama insyaAllah.

Saudaraku, kalian telah menjadi salah satu bagian terpenting dari hidupku saat ini, hari ini, selamanya… menjadi salah satu keluarga terdekat untuk berbagi dan mencurahkan segala keluh kesah beratnya jalan kita di depan. Tetaplah di sini, kita akan bergerak bersama, mari jadikan kepercayaan di antara kita sebagai perisai dan niat kontribusi tulus untuk mengharap ridha-Nya sebagai tombak kita.

0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks