October 1, 2013

sekarkasih

Di luasan dataran lembab yang kau injak-injak

Di bebasnya udara sejuk kotamu, yang kita nikmati cuacanya, yang kau elukan langitnya, mentarinya, rembulannya..

Terselip rinduku di sana

Maka terekamlah, sekali ini saja

Segalanya kunamai cinta

Pada tetesan hujan yang mengusap penat, yang membias pelangi kala itu

Pada setangkai mawar yang dikeringkan waktu

Pada embun pagi yang mengendus tiap hasta daratan lalu merayu belulang termanjakan dingin

Pada temaram subuh yang merupa dalam harmoni warna langit muda

Pada mentari sepenggalan dhuha yang menggelayut dalam terik lemah,

yang cahayanya menelisik ke balik kuncup-kuncup baru

Pada dedaunan tua yang gugur melatar petang, yang pelan-pelan berderai anggun

Pada senja, dan aku hidup dalam rima-rima yang melagukan baitnya dengan sengaja

Pada gemintang yang setia dalam jarak milyar tahun cahaya, menanti tasbih beraturan lirih memuja yang dipuja

Pada ruang atmosfer yang melewatkan munajat-munajat, kemudian pagi berganti pagi

Pada jengkal tanah yang kita rasakan, dalam dongeng yang kuceritakan padamu

Diantara tembok-tembok rumahmu, yang ia rekam kisahmu, ia rekam dzikirmu, ia rekam candamu kala itu...

Dan tengoklah, ada riak-riak halus di air mukamu

Terekamlah, sekali ini saja

Terserak rinduku di sana, di sudut bagian hatimu,

Di wajahmu, di pipimu, di bahumu, di tanganmu, di jemarimu,

ingin kuperdengarkan lantang di sana bahwa akan ada hari baru..

lalu seketika abai tentangmu bila memang tak lagi bisa mendengar kalimatku..

hanya sekedar menyeka duka dari musibah

dan senyummu kembali merekah..

hanya untuk itu,

karenanya ia menyelip lekat di situ...

1 komenkomen:

Annisa Sekar Kasih said...

Hiks. I can't say anything T.T
Makasih Tyaaaasss. Love you :*

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks