Di luasan dataran lembab yang kau injak-injak
Di bebasnya udara sejuk kotamu, yang kita nikmati cuacanya, yang kau elukan langitnya, mentarinya, rembulannya..
Terselip rinduku di sana
Maka terekamlah, sekali ini saja
Segalanya kunamai cinta
Pada tetesan hujan yang mengusap penat, yang membias pelangi kala itu
Pada setangkai mawar yang dikeringkan waktu
Pada embun pagi yang mengendus tiap hasta daratan lalu merayu belulang termanjakan dingin
Pada temaram subuh yang merupa dalam harmoni warna langit muda
Pada mentari sepenggalan dhuha yang menggelayut dalam terik lemah,
yang cahayanya menelisik ke balik kuncup-kuncup baru
Pada dedaunan tua yang gugur melatar petang, yang pelan-pelan berderai anggun
Pada senja, dan aku hidup dalam rima-rima yang melagukan baitnya dengan sengaja
Pada gemintang yang setia dalam jarak milyar tahun cahaya, menanti tasbih beraturan lirih memuja yang dipuja
Pada ruang atmosfer yang melewatkan munajat-munajat, kemudian pagi berganti pagi
Pada jengkal tanah yang kita rasakan, dalam dongeng yang kuceritakan padamu
Di bebasnya udara sejuk kotamu, yang kita nikmati cuacanya, yang kau elukan langitnya, mentarinya, rembulannya..
Terselip rinduku di sana
Maka terekamlah, sekali ini saja
Segalanya kunamai cinta
Pada tetesan hujan yang mengusap penat, yang membias pelangi kala itu
Pada setangkai mawar yang dikeringkan waktu
Pada embun pagi yang mengendus tiap hasta daratan lalu merayu belulang termanjakan dingin
Pada temaram subuh yang merupa dalam harmoni warna langit muda
Pada mentari sepenggalan dhuha yang menggelayut dalam terik lemah,
yang cahayanya menelisik ke balik kuncup-kuncup baru
Pada dedaunan tua yang gugur melatar petang, yang pelan-pelan berderai anggun
Pada senja, dan aku hidup dalam rima-rima yang melagukan baitnya dengan sengaja
Pada gemintang yang setia dalam jarak milyar tahun cahaya, menanti tasbih beraturan lirih memuja yang dipuja
Pada ruang atmosfer yang melewatkan munajat-munajat, kemudian pagi berganti pagi
Pada jengkal tanah yang kita rasakan, dalam dongeng yang kuceritakan padamu
Dan tengoklah, ada riak-riak halus di air mukamu
Terekamlah, sekali ini saja
Terserak rinduku di sana, di sudut bagian hatimu,
Di wajahmu, di pipimu, di bahumu, di tanganmu, di jemarimu,
ingin kuperdengarkan lantang di sana bahwa akan ada hari baru..
lalu seketika abai tentangmu bila memang tak lagi bisa mendengar kalimatku..
dan senyummu kembali merekah..
hanya untuk itu,
karenanya ia menyelip lekat di situ...
1 komenkomen:
Hiks. I can't say anything T.T
Makasih Tyaaaasss. Love you :*
Post a Comment
Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks