January 30, 2014

full of emotion -part 7-

Siang itu arakan awan melindungi saya. Jadi saya tidak merasa kepanasan ketika menyusuri trotoar di tengah Ibukota. Alhamdulillah. Mudahkanlah segala urusanku yaa Rabb.. Jika memang sulit, lapangkanlah dadaku untuk mengikhlaskannya. Saya sudah siapkan mental dan hati saya untuk menerima segala keputusan dari kementerian, sekalipun yang terpahit. Saya yakin akan janji Allah. Ia tak mungkin menyia-nyiakan usaha hamba-Nya. Jika memang tidak hari ini, pasti Allah wujudkan di masa depan, Allah pasti siapkan yang jauh lebih baik dari yang bisa saya bayangkan. Atau mungkin... jika memang tidak di dunia, tidak di bumi tempat saya mempertaruhkan segalanya, saya yakin, Allah akan menggantikan segala apa yang sudah saya korbankan hari ini dengan berkali lipat lebih indah di Jannah-Nya kelak :') Give your all, the sweetness of life will be tasted after the struggle :') You are pejuang! And there were many people who helped me along the way, and I feel blessed to have such supportive and intelligent people in my life :') I would like to thank for all of people who never left... Untuk Bapak, Mama... I would like to apologize beforehand for anything that may be lacking, milyaran kali aku ucapkan kata maaf mungkin sangat tidak sepadan dengan segala yang telah kalian lakukan buatku. I feel very lucky to have been given the opportunity as your child :')

Saya masih belum tau lokasi tepat kementerian yang saya tuju saat itu. Hanya berbekal alamat yang saya cari di mesin pencari Google. Saya lihat daerahnya. Oh, saya tau harus turun di mana. Oke, berangkatlah saya. Saat itu jam tangan saya menunjukkan pukul 11.50. Sebentar lagi jam istirahat. Ya, gak apa-apa. Gak ada salahnya juga untuk makan siang di kantin kementerian. Siapa tau bisa mendapatkan sesuatu yang baru di sana. Jaringan :D

Tibalah saya di lobby gedung kementerian itu. Sepi...
Saya lihat jam tangan saya, pukul 12.15. Oh iya saya lupa, kan waktu istirahat.

Daerah ini, terdapat beberapa gedung. Yang kesemuanya luas. Memanjang ke belakang. Saya bingung harus ke mana. Tadi saya memang berada di lobby, tapi lobby setiap gedung itu berbeda. Ada banyak lobby di sana. Saya berjalan terus ke depan, ingin bertanya pada satpam. Tapi jauh sekali. Ah, saya urungkan niat. Saya lihat ada mba-mba sedang berjalan menuju salah satu gedung. Kemudian saya hampiri dia. Saya jelaskan tujuan saya dan siapa orang yang ingin saya temui. Ahaa!! Akhirnya saya diantarkan oleh mba itu. Tapi... saya kira ingin diantarkan ke ruangan Mba Ipur. Ternyata saya diantarkan ke pak satpam :D Alhasil, diberitahu lah saya ruangan Mba Ipur oleh satpam tadi.

Saya tegang kala itu. My heart began to beat faster. Saya deg-degan. Sungguh...

Sampailah saya di ruangan Mba Ipur. Di ruangan itu ada banyak orang. Banyak sekat-sekat yang memisahkan antar meja kerja. Mereka kelihatannya sedang bekerja. Kembali saya melirik jam tangan saya, pukul 12.30. Bukankah ini jam istirahat??? Ah, it's not your bussiness Yas... Segera! Segera! Saya layangkan pandangan ke penjuru ruangan itu. Kok tidak ada perempuannya ya? Oh, mungkin Mba Ipur sedang istirahat, makan siang. 

"Permisi..." Saya tersenyum ke semua orang yang ada di ruangan itu. Seorang Bapak mendekati saya, tersenyum, ramaaaahh sekali. Serius! "Ya Mba, ada perlu apa?" Tanyanya. "Saya ingin bertemu Mba Ipur, Pak. Benar ini ruangannya Mba Ipur?" Tanya saya. Bapak itu tidak langsung menjawab. Tapi menengok ke salah satu meja kerja. Itu pasti meja kerja nya Mba Ipur, pikir saya. Kemudian Bapak itu bertanya pada orang-orang yang ada di ruangan itu. "Ipur ke mana ya? Keluar ya?"... Riuh orang-orang di ruangan itu menjawab pertanyaan Bapak itu. Saya tersenyum, lucu. Kemudian Bapak yang ramah itu berkata, "Mba Ipur kayaknya lagi keluar sebentar mba. Ayo silakan masuk dulu. Tunggu dulu di sini. Saya juga lagi duduk-duduk santai istirahat kok di sini." Bapak yang ramah itu mempersilakan saya duduk di sofa yang saya yakini memang untuk tamu. Bapak yang ramah :)

Di sana saya berbincang banyak dengan Bapak itu. Mengobrol hangat. Tentang tujuan saya, delegasi ke mana, asal dari mana, banyak hal. Cukup untuk mengatur ritme jantung saya yang tadinya deg-degan. Kemudian, Bapak itu memberikan kartu namanya, saya perhatikan, oohh... namaya Pak Dwi (nama samaran hehehe).. Pak Dwi ini jabatannya sebagai Head Division for Development. Saya berpikir. Bapak Dwi ini Head Division. Lalu Pak Iwan???

Lantas saya tanyakan perihal Pak Iwan kepada Pak Dwi. Dan saya baru faham, ternyata Pak Iwan itu atasannya Pak Dwi. Ooohhh... "Pak Iwan rumahnya kebanjiran, nah sekarang katanya lagi otw mau ke sini, sebentar lagi sampe katanya.."

Benar saja. 5 menit kemudian, seorang Bapak masuk ke ruangan itu. "Assalaamu'alaykum..." Ada atsari sujud di keningnya. Tersenyum pada semua yang ada di ruangan itu. Menyejukkan :') Ternyata itu Pak Iwan.

"Nah, ini yang namanya Pak Iwan, dek.." Kata Pak Dwi tersenyum. Ramah.
Saya lekas berdiri. Mengatupkan kedua tangan di dada. Begitupun dengan Pak Iwan :')
"Assalaamu'alaykum... Saya Tyas, Pak." Bahagia sekali rasanya bisa bertemu dengan beliau.
"Wa 'alaykumussalam... Oooh.. Tyas yang mau ke Rusia itu ya? Gimana kabar Tyasnya? Sehat?" Tanya Pak Iwan terlihat bahagia sekali.
"Alhamdulillah, sehat Pak."
"Ohh.. Saya tyasnya juga sehat kok Alhamdulillah..." Pak Iwan nyengir :D
Saya bingung. Saya coba cerna kata-katanya. Pak Iwan tau kalau saya mengernyitkan dahi. Lalu beliau tertawa.
"Iya, saya tyasnya sehat nih alhamdulillah.. tyasnya saya sehat.."
Masih bingung dengan susunan kata yang dibuat Pak Iwan itu. Kemudian Pak Iwan berkata kembali.
"Tyas artinya apa Nak?
Tadaaaa~~~~
Sekarang saya faham. Tersenyum riang saya saat itu dan segera menjawab. "Hati, Pak..."
"Nah.. Hati saya dan Tyas insya Allah juga sehat yah"
Lalu kita tertawa bersama. Masih tetap berdiri.
Kondisi saya kembali stabil. Karena sambutan hangat dari Bapak-bapak nan ramah ini. Senang rasanya. Sangat.

Menit-menit selanjutnya. Saya berbincang dengan Pak Iwan dan Pak Dwi. Kemudian Pak Dwi mohon pamit untuk makan siang. Akhirnya saya bicara berdua dengan Pak Iwan, di tengah-tengah ruangan yang masih dipenuhi dengan para karyawan dan peralatan kantor. Silence for a moment...

"Tyas, gimana jadinya? Kapan berangkat?"
NAH! Saya tunggu-tunggu saat seperti ini. Ini momennya. Saya akan ceritakan semua yang terjadi sejelas-jelasnya. Saya dapatkan kesempatan langsung menjelaskan pada pimpinan tertinggi yang menghandle hal ini. Tapi saya tiba deg-degan lagi. My heart drummed quickly, my stomach felt cold.... Oke. Siap-siap Tyas!

DAN! Saya ceritakan segalanya. Sejelas-jelasnya. Tanpa ada yang ditambahi atau dikurangi sedikitpun. Pak Iwan manggut-manggut. Mendengarkan setiap detail cerita saya. Beliau begitu memperhatikan. Hingga saya selesai dengan cerita saya. Legalah hati saya saat itu. 

Kemudian, Pak Iwan memberikan beberapa komentar. Cukup untuk menyejukkan hati saya. Tapi ternyata, beliau tetap menyuruh saya untuk menemui Mba Ipur, menceritakan juga hal seperti apa yang sudah saya ceritakan padanya. So far, Pak Iwan memberikan respon yang positif. Meski saya tidak tau seperti apa hasilnya jika saya bicarakan dengan Mba Ipur. Saya cukup berharap banyak pada Pak Iwan ketika itu. Jika memang saya harus mengkonsultasikannya dengan Mba Ipur, tidak masalah, memang itu tujuan saya datang ke sana. Tapi saya berharap, akan ada diskusi lanjut setelah saya mengkonsultasikan hal ini dengan Mba Ipur. Karena memang Mba Ipur bekerja di bawah pimpinan Pak Iwan. Maka sudah pasti Pak Iwan akan mengontrol setiap kebijakan yang akan diputuskan. Maha Suci Allah... Tolonglah..

-bersambung-

0 komenkomen:

Post a Comment

Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks