Saya tidak bicara seberapa mampunya saya bertahan menghadapi semua. Pada akhirnya saya bicara tentang orang tua saya. Segala yang saya lakukan adalah tanggung jawab orang tua saya. Mereka yang senantiasa di sisi saya. Saya begitu bersyukur lahir dari rahim seorang ibu yang begitu sabar dan luar biasa. Dan Bapak yang... unpredictable.. Sedemikian tangguh hingga saya tidak memiliki contoh terdekat dan terbaik dalam hal kesabaran, ketekunan, dan ketangguhan selain orang tua saya. Bukan perihal kamu mengenyam pendidikan di negeri Paman Sam dan memiliki predikat cumlaude lantas kamu bisa disebut segala-galanya. Namun proses untuk mencapai itu yang akan membawamu pada suatu titik dimana orang lain tanpa perlu kamu minta akan memberikan apresiasinya terhadapmu. Sekolah penderitaanlah yang mengajarkan makna kehidupan sesungguhnya. Arti pengorbanan yang, sungguh, saya belajar banyak hal dari sosok Bapak saya. Ia, memulai segalanya dari nol. Sama sekali tidak ada apapun. Bapak saya... yang, juara kelas, ketua karang taruna, lulusan sekolah favorit, dan sederet riwayat hidup yang cukup membanggakan menurut saya, ketika itu, sama sekali tidak beliau pergunakan untuk mencari pekerjaan. Ia bakar seluruh ijazahnya! Ya, semua. Dibakar! Untuk apa??? Agar ia sama sekali tidak bisa melamar pekerjaan dengan ijazah itu. Murni dengan kerja kerasnya. Idealis nekad! Saya katakan begitu. Ia hanya ingin menjadi seorang wirausaha. Tidak terkekang atas perintah atasan, bebas dan berkesempatan lebih untuk mendapatkan penghasilan lebih dibanding karyawan biasa, namun tentu dengan usaha yang 'berdarah-darah'. Belakangan saya kembali tersadar, benar, barangkali semasa sekolah ketika memperjuangkan nilai-nilai, ada momen dimana ia khilaf tidak mendapatkan nilainya secara halal -katakanlah di masa sekarang kita sebut itu menyontek dll-.. Maka yang kemudian ia akan berikan pada keluarganya, bisa jadi sesuatu yang tidak halal. Allah berikan saya pembelajaran itu sejak lama.
Ketika kemudian ia merantau jauh, sendiri, kakek saya memberikan sejumlah uang sebagai bekal. Bapak saya terima saat itu. Tahun-tahun pun berlalu, Bapak saya kembali ke rumahnya. Dan tau apa yang ia lakukan pertama kali? Meletakkan uang yang dulu pernah diberikan oleh kakek saya sebagai bekal itu di bawah bantal tempat kakek saya tidur. Bapak saya tidak pernah menggunakan uang itu sepeserpun. Ia kembalikan. Karena apa??? "Bapak masih muda, laki-laki, melepaskan anaknya yang terbilang masih kecil untuk pergi jauh saja mungkin sulit untuk seorang Bapak/Ibu, apalagi jika masih harus memikirkan yang lainnya.."
Allah... perkataan ini persis dengan kondisi saya saat ini.
...melepaskan anaknya yang terbilang masih kecil untuk pergi jauh saja mungkin sulit untuk seorang Bapak/Ibu, apalagi jika masih harus memikirkan yang lainnya.. BIAYA!
Allah ciptakan Bapak saya sebagai pembelajaran yang begitu bermakna. Sekeras apapun beliau. Begitulah caranya mencintai anak-anaknya. Saya yang tidak boleh pergi ke mana-mana sendiri. Saya yang waktu kecil harus tidur siang hingga beliau harus mencari saya keliling komplek haha :') Saya yang seringkali diusap rambutnya... Ia buat aneka bentuk lucu ketika menguncir rambut saya saat ingin berangkat sekolah ketika SD. Ia balurkan lidah buaya di rambut saya setiap minggu, katanya agar sehat dan cantik :') Saya yang selalu diajarkan tentang pelajaran di sekolah setiap malam ketika SD. Saya yang selalu diingatkan untuk sekedar minum susu sebelum tidur. Saya yang selalu digendong dan diusap air matanya saat dinakali anak lain. Saya yang seringkali ditelpon untuk menanyakan keadaan saya. Saya yang seringkali diingatkan untuk sekedar makan siang. Saya yang tidak boleh pulang ke rumah naik kereta atau bus, di saat teman-teman bahkan adik tingkat saya selalu bolak-balik naik kereta atau bus sendiri. Sementara saya, begitu khawatirnya hingga ketika -pertama kalinya saya naik kereta pulang ke rumah- beliau menelepon kantor polisi dan meminta saya turun di stasiun jatinegara untuk dijemput. Saya yang selalu diantarkan ketika mengurus visa... Saya yang menyusahkan ini tetap saja ia cintai dengan caranya yang mungkin sulit untuk dimengerti orang lain... Allah...
Sekeras apapun bapak saya, sesederhana apapun beliau, selemah apapun fisiknya kini, ia selalu memberikan apa yang saya butuhkan, bahkan apapun obsesi saya. Dari dulu. Hingga kini :') Suatu hal yang terkadang di luar akal sehat saya. Kenapa ia mampu?
Maka saat ini, tidak ada hal yang menyita dan memenuhi pikiran dan hati saya selain orang tua saya. Serapuh ini. Se-childish inikah kamu Yas? Ngapain aja sih saya selama ini? Menjelma jadi lilinkah kamu Yas?
Saya saat ini baru benar-benar sadar. Dibalik psikologis saya yang -mungkin- disorder, saya dikelilingi oleh orang-orang yang begitu menyayangi dan care dengan saya. mama, bapak, keluarga, teman-teman, guru, dosen, dan teman-teman yang sudah saya anggap seperti keluarga saya sendiri (pengen saya sebut tapi gak cukup hehe). Saya mengenali diri saya ini dengan baik. Saya mungkin orangnya egois, suka semaunya, sensitif, bermental kerupuk, cengeng, bahkan mungkin saja saya being a loser all the time. Saya bahkan kadang gak bisa menerima kondisi diri saya sendiri. Tapi perhatian dan cinta kasih dari sahabat membuat saya sadar kalau saya ini memiliki arti, saya berarti dan saya tidak sendiri di bumi ini. Mereka menerima saya apa adanya, gak pernah menuntut saya menjadi seseorang yang sempurna. Di sini saya cuma mau bilang terima kasih buat sahabat-sahabat saya, yang udah nerima saya apa adanya, bagaimanapun saya. Saya sayang kalian.
Jujur dua puluh tahun hidup di dunia ini, saya tidak pernah mempercayai siapapun. Ini juga berdasarkan ajaran Bapak saya yang memang basicnya seorang wirausaha, dimana memang sifat idealis wajib dijunjung. Berbeda drastis dengan seorang sosialis. Saya keukeuh dengan prinsip hidup saya ketika itu "trust no one, share no secret". Saya beranggapan kalau orang-orang menjalin persahabatan lalu saling dekat satu sama lain hanya untuk alasan yang tentunya menguntungkan bagi mereka. I know its true, cause I've been there. Saya dimanfaatkan, setelah itu dibuang saja seperti sampah tak berguna. Picik. Di kampus, saya baru belajar apa arti persahabatan yang sebenarnya. Saya belajar, persahabatan yang hakiki itu adalah persahabatan tanpa alasan.
Di kampus untuk pertama kalinya, saya merasakan ada bagian dalam diri saya yang berada pada orang lain. Dan saat orang itu tersakiti, saya juga ikut merasakan sakit. Di sini juga, saya menemukan orang yang bisa menjaga rahasia saya sebaik-baiknya. Orang yang bisa saya jadikan tempat bersandar, menceritakan segala keluh, dan meredakan tangisan saya di malam buta. Saya belum pernah lakukan itu sebelumnya. Selama dua puluh tahun, semuanya saya simpan sendiri. Di sini juga lah saya menemukan orang-orang yang bisa mengajari saya tanpa harus menggurui.. Orang yang menerima kekurangan saya dan menjadikan saya merasa lebih baik setelah bertahun-tahun merasa jadi orang pertama yang harus dimusnahkan dari muka bumi ini karena merasa gak berguna. Saya gak punya apa-apa yang bisa saya berikan untukmu, untuk kalian, selain ucapan terimakasih yang luar biasa. Terimakasih telah menerima saya dan kekurangan saya apa adanya. Saya gak tau apa jadinya saya tanpa kalian. Semoga persahabatan ini bisa terus berjalan sampai kita hembuskan nafas terakhir nanti, meski kenyataannya nanti kita pasti akan terpisah-pisah, kembali ke daerah masing-masing. tapi saya percaya, yang namanya sahabat itu gak ada yang ada yang sifatnya sementara. I love you, more than I can say :') thats all. Saya gak bisa lanjutin... gak pengen ini rumah kena bencana banjir bandang.
Duh, ini di TV kenapa pas banget sih playlistnya Immortal Love Song nya MAHADEWA..
yang belum pernah liat video-klip nya.. Coba dilihat. Tentang cintanya seorang Ayah kepada anaknya.
Maaf ya, jadi gak on-track gini :)
Seperti tulisan di profil saya (di kolom sebelah kanan blog ini), I'm sorry if there was any undesirable words :)
---
Cukup lama saya menunggu Mba Ipur ketika itu. Sekitar 2 jam saya menunggu. Memang tidak terasa lama. Karena apa? Karena keramahan Pak Dwi dan Pak Iwan. Bayangkan saja, karena suatu hal, saya lantas dipinjamkan handphone oleh Pak Dwi, gadget yang saya yakin itu mahal bangeeeeettt haha serius! Dan handphone itu -karena suatu hal juga- harus saya bawa mondar-mandir. Herannya saya, kok Pak Dwi percaya sekali dengan orang yang baru dikenal sekian jam itu :D
Singkat cerita. Akhirnya Mba Ipur pun datang. Saya utarakan semuanya. Sejelas-jelasnya.
Namun, belum habis penjelasan saya, Mba Ipur memotong, "Tyas, intinya itu urusan kamu dengan pihak Rusia. Tugas mba hanya untuk tiket kamu. Kamu berangkat dan pulang tanggal berapa, yasudah... cukup itu." Deg! Kok begini responnya?
Tapi sejujurnya, saya sudah bisa menebak respon yang akan diberikan oleh Mba Ipur ini. Tanpa perlu saya melihat wajahnya, melalui suaranya dan cara bicaranya ditelpon pun saya sudah mampu menebak karakter orangnya seperti apa -skip-
"Jadinya gimana nih... Ini mba coba tanyakan ya ke travel nya, bisa ganti tanggal apa enggak. Biar enak, mba telpon travel agent nya depan kamu deh nih" kata Mba Ipur.
Segera saja Mba Ipur menelepon travel agent nya.
Tut tuutt...
Saya hanya mampu mendengar apa yang dikatakan oleh Mba Ipur. Sementara travel agent nya tidak.
Cukup singkat percakapan yang terjadi melalui telepon itu.
Mba Ipur kemudian menanyakan tanggal keberangkatan saya selanjutnya.
Saya berpikir sejenak, mengingat kembali isi email dari Ivan.. Dia bilang bahwa visa saya sudah siap tanggal 31 januari.
Kemudian saya jawab, "Coba dicek mba untuk tanggal 5 bagaimana?"
Mba Ipur segera menanyakan.
blablablabla~~~~~~ saya tidak tau apa jawaban dari travel agent itu.
Sejurus kemudian, percakapan selesai. Mba Ipur mulai menerangkannya pada saya.
"Untuk aeroflot, otomatis hangus ya Tyas, seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Untuk biaya aeroflot yang hangus itu sebesar 682 USD, itu kamu harus ganti ke kita. Dan kita gak bisa memberikan tiket aeroflot yang baru. Untuk etihad, kita belum bisa kasih tau seperti apa, sedang dicek. Kalau kamu dapat kelas di etihad yang kelasnya sama seperti yang dipesan kemarin, maka kamu hanya perlu bayar charge nya saja, tapi kalau nanti ternyata untuk kelas itu sudah full dan artinya kamu harus berada pada kelas yang grade nya lebih tinggi,maka kamu harus membayar biaya charge juga dengan biaya tambahan sesuai dengan kelas pesawat di etihad itu tyas. Untuk sekarang kan semuanya belum pasti, nanti terkait tanggal dan kelengkapannya bagaimana, kamu nanti mba hubungi ya?"
Allah...Allah...
Saya percaya kalau tidak semua teka-teki di dunia ini mampu dipecahkan, bahkan dengan trik dan rumus paling ampuh sekalipun. Seperti saya, saya telah bermain teka-teki ini tanpa kejelasan apakah permainan ini memiliki jawaban atau tidak sama sekali. Saya percaya, kalaupun ada, jawaban itu pasti sulit dan kunci jawabannya disimpan dalam almari Tuhan. Ini terlalu rumit dan berliku untuk saya utarakan, sama sulitnya dengan menemukan jalan keluar dari labirin gila yang memaksa saya berputar-putar dan kembali lagi ke titik yang sama berulang-ulang tak berkesudahan. Kadang saya memohon pada Tuhan untuk bertemu dengan seekor minotaur yang berpostur dua kali lipat saya, penghuni labirin seperti pada kisah mitologi yunani. Meskipun dia akan menahan saya saat itu juga, setidaknya saya mengerti bahwa saya tidak sendirian di labirin ini. Tapi sekian lama di tempat ini, tak satupun minotaur yang saya berhasil temui. Tuhan seolah benar-benar meninggalkan saya sendiri di tempat ini. Dan saya tau, Dia menyaksikan saya dari atas sana. Di sini, di teka-teki ini.
-bersambung-
Namun, belum habis penjelasan saya, Mba Ipur memotong, "Tyas, intinya itu urusan kamu dengan pihak Rusia. Tugas mba hanya untuk tiket kamu. Kamu berangkat dan pulang tanggal berapa, yasudah... cukup itu." Deg! Kok begini responnya?
Tapi sejujurnya, saya sudah bisa menebak respon yang akan diberikan oleh Mba Ipur ini. Tanpa perlu saya melihat wajahnya, melalui suaranya dan cara bicaranya ditelpon pun saya sudah mampu menebak karakter orangnya seperti apa -skip-
"Jadinya gimana nih... Ini mba coba tanyakan ya ke travel nya, bisa ganti tanggal apa enggak. Biar enak, mba telpon travel agent nya depan kamu deh nih" kata Mba Ipur.
Segera saja Mba Ipur menelepon travel agent nya.
Tut tuutt...
Saya hanya mampu mendengar apa yang dikatakan oleh Mba Ipur. Sementara travel agent nya tidak.
Cukup singkat percakapan yang terjadi melalui telepon itu.
Mba Ipur kemudian menanyakan tanggal keberangkatan saya selanjutnya.
Saya berpikir sejenak, mengingat kembali isi email dari Ivan.. Dia bilang bahwa visa saya sudah siap tanggal 31 januari.
Kemudian saya jawab, "Coba dicek mba untuk tanggal 5 bagaimana?"
Mba Ipur segera menanyakan.
blablablabla~~~~~~ saya tidak tau apa jawaban dari travel agent itu.
Sejurus kemudian, percakapan selesai. Mba Ipur mulai menerangkannya pada saya.
"Untuk aeroflot, otomatis hangus ya Tyas, seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Untuk biaya aeroflot yang hangus itu sebesar 682 USD, itu kamu harus ganti ke kita. Dan kita gak bisa memberikan tiket aeroflot yang baru. Untuk etihad, kita belum bisa kasih tau seperti apa, sedang dicek. Kalau kamu dapat kelas di etihad yang kelasnya sama seperti yang dipesan kemarin, maka kamu hanya perlu bayar charge nya saja, tapi kalau nanti ternyata untuk kelas itu sudah full dan artinya kamu harus berada pada kelas yang grade nya lebih tinggi,maka kamu harus membayar biaya charge juga dengan biaya tambahan sesuai dengan kelas pesawat di etihad itu tyas. Untuk sekarang kan semuanya belum pasti, nanti terkait tanggal dan kelengkapannya bagaimana, kamu nanti mba hubungi ya?"
Allah...Allah...
Saya percaya kalau tidak semua teka-teki di dunia ini mampu dipecahkan, bahkan dengan trik dan rumus paling ampuh sekalipun. Seperti saya, saya telah bermain teka-teki ini tanpa kejelasan apakah permainan ini memiliki jawaban atau tidak sama sekali. Saya percaya, kalaupun ada, jawaban itu pasti sulit dan kunci jawabannya disimpan dalam almari Tuhan. Ini terlalu rumit dan berliku untuk saya utarakan, sama sulitnya dengan menemukan jalan keluar dari labirin gila yang memaksa saya berputar-putar dan kembali lagi ke titik yang sama berulang-ulang tak berkesudahan. Kadang saya memohon pada Tuhan untuk bertemu dengan seekor minotaur yang berpostur dua kali lipat saya, penghuni labirin seperti pada kisah mitologi yunani. Meskipun dia akan menahan saya saat itu juga, setidaknya saya mengerti bahwa saya tidak sendirian di labirin ini. Tapi sekian lama di tempat ini, tak satupun minotaur yang saya berhasil temui. Tuhan seolah benar-benar meninggalkan saya sendiri di tempat ini. Dan saya tau, Dia menyaksikan saya dari atas sana. Di sini, di teka-teki ini.
-bersambung-
0 komenkomen:
Post a Comment
Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks