Tanggal 10 februari sudah kami tetapkan sebagai hari keberangkatan yang ideal. Dengan segala pembelajaran yang saya dapat selama berproses ini, memperhitungkan segala resiko yang mungkin akan saya hadapi kembali di depan -semoga tidak-, jika Ivan mengatakan visa saya sudah ready tanggal 31 januari and I just take my passport berarti segalanya sudah siap. Tidak perlu menunggu hingga 3 hari kerja (proses visa express). Namun, beberapa jenak kami terhenyak, 31 januari tanggal merah. Hari Imlek. Saya tidak tahu pasti apakah kedubes akan tetap buka atau tidak. Maka, telpon dong!
Sayangnya, kondisi saya ketika itu sedang sakit, demam, radang tenggorokan, dan yang terburuk adalah... suara saya hilang sama sekali. Entah lenyap ke mana. Atau mungkin dia sudah enggan dan lelah saya ajak untuk lobby sana-sini. Berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lain hanya untuk memenuhi keinginan saya. Otomatis, saya tidak bisa bicara dengan siapapun. Dengan keluarga pun saya menggunakan bahasa isyarat, bersyukurlah banyak-banyak bagi yang diberi anggota tubuh yang berfungsi dengan baik dan normal. Akhirnya, teman saya yang ketika itu sedang saya pinjam bahunya untuk berbagi kisah, mencoba menghubungi kedubes dan langsung bertanya, "apakah besok buka?".. "Ya." Tut tutt... putus. Singkat sekali. Dengan tenangnya teman saya itu mengabarkan bahwa tanggal 31 januari pun kedubes akan tetap buka. Kami sama-sama diam. Saya coba berpikir. Apa front officernya itu gak lihat kalender? Barangkali ia lupa kalau besok itu tanggal merah. Libur.. 5 detik ke depan tanpa babibu akhirnya teman saya menelepon kembali. Failed! Ah, unfortunately, sudah jam 1 lewat. Kedubes jelas sudah tutup. Great!
Ya saya hanya punya harapan fifty fifty saat itu. Toh nothing to lose kan.
Jika memang saya harus datang ke kedubes di hari senin, tanggal 3 februari, ya gak masalah. Toh visa saya hanya tinggal diambil kan :)
Oke lah. Meskipun bayangan tentang kedubes keesokan hari menjadi samar, entah buka atau tidak. Gak ada salahnya untuk mencoba kan. Saya yang keras kepala ini nekad berangkat ke kedubes keesokan harinya, meski kondisi saya saat itu belum benar-benar fit. Potensi untuk pingsan pun mungkin ada hehe
Jumu'ah mubarak. Bismillah. 31 Januari 2014.
Tidak ada perasaan apapun saat itu. Tidak terlalu berharap. Juga tidak cemas. Karena sekali lagi, nothing to lose. Di kalender juga tanggal merah, semua tau itu. Setidaknya, jika hari itu saya sudah berhasil mendapatkan visa di tangan, maka hari-hari ke depan akan menjadi hari-hari saya untuk benar-benar memulihkan kondisi saya, fisik, dan menata hati untuk kembali bangkit setelah jatuh berkali-kali dan bersiap untuk menikmati dunia baru, negeri baru, Russia. Saya jadi ingat teori relativitas Einsten yang mengatakan bahwa sesuatu
yang kompleks itu bisa terjadi dalam sekejap. Segalanya yang sudah saya lewati untuk mencapai mimpi saya ini, seakan benar-benar rumit, gak semua orang mampu mengerti di mana kerumitan yang sebenarnya, bukan hanya sekedar soal tiket atau visa, lebih dari itu, tentang masa depan saya, perkuliahan saya, kondisi keluarga saya, bahkan hubungan persahabatan.. Segalanya seakan beruntun datang di hadapan saya dan menagih untuk diselesaikan. Saya kacau. Mungkin saya terlalu takut untuk berpikir banyak, apakah waktu yang saya punya telah saya gunakan sebaik mungkin
untuk mencapai apa-apa yang saya harapkan dalam hidup? Atau angka dua
puluh yang telah saya miliki ini sebagai momentum untuk mengingatkan betapa banyak waktu
yang terbuang sia-sia karena kelalaian saya menggunakannya dengan baik?
Hingga di titik ini, mungkin ada beberapa momentum ketika saya menyesali keputusan saya. Tapi toh semuanya sia-sia saja kan jika harus disesali. Whatever you do, yang paling penting adalah kamu memiliki tujuan, you make decision. Tujuan saya benar-benar jelas. Kenapa saya menginginkan ke luar negeri, kenapa saya pilih rusia sebagai negara tujuan saya, kenapa saya rela menghabiskan, memforsir tenaga, pikiran, waktu, dan mungkin harta untuk mencapai mimpi ini. Saya punya tujuan jelas. Dan saya mau memperbaiki setiap kesalahan yang telah saya buat. Meski segalanya masih samar, apakah saya patut disalahkan?
Saya tidak pernah menjadi seorang yang pasrah akan keadaan. Barangkali hal ini yang diwariskan dari seorang Bapak yang mendidik keras anaknya. Saya, orang tua saya, tidak pernah sedikitpun melupakan sejarah panjang kehidupan keluarga kami yang menurut saya heroik, -orang tua saya sih-. Maka apapun yang terjadi, worst case nya adalah saya tidak jadi berangkat atau saya yang harus mengganti uang yang telah dikeluarkan kementerian, apapun itu saya akan mencoba berbesar hati, mungkin memang sudah takdirnya usaha terbaik yang saya lakukan saat ini
hanya berujung pada momen-momen menikmati proses panjang pencapaian mimpi, mengumpulkan remah impian yang tercecer,
kemudian menyalinnya dalam bentuk kata-kata untuk saya ingat suatu saat nanti, saat tua nanti, bahwa saya pernah berjuang dan menikmati hasil perjuangan saya, kelak :) God has a bigger plan for me than I've for myself :)
Tibalah saya di kedubes, melakukan hal yang sama untuk sekian kalinya. Meninggalkan tanda pengenal, meletakkan tas dalam loker, melewati metal detector, mengisi form tamu, dan menunggu.
Hanya ada 3 orang tamu saat itu. Saya dan 2 laki-laki bule, Russia sepertinya. Saya duduk di sofa panjang yang sama dengan salah seorang diantara mereka. Ia duduk di ujung yang satu, dan saya di ujung yang lainnya. 10 menit berlalu, seorang wanita cantik Russia keluar dari ruangan yang dipintunya bertuliskan 'staff only'. Setiap kali saya ke kedubes, saya selalu melihatnya. Dia adalah front officer yang biasa melayani tamu-tamu dari Russia. Sementara front officer yang dari Indonesia, yang biasa melayani saya, memang untuk melayani orang Indonesia.
Dia beberapa kali keluar-masuk ruangan dan kemudian menghampiri 2 laki-laki bule Rusia itu. Dan saya masih tetap sabar menunggu. 1 jam berlalu, saya mulai gelisah. Biasanya, tidak harus selama ini saya menunggu mba itu. Kok ini hingga 1 jam belum juga muncul?
Akhirnya saya tanyakan kepada satpam. Dan saat saya bertanya itulah, kebetulan sekali seorang pria Rusia keluar dari ruangan bertuliskan 'staff only' tadi. Si satpam dengan sigap bertanya pada si mas-mas Rusia itu. Saya sempat heran, pak satpamnya bisa english? Atau bisa bahasa Rusia? Wow.
Maaf, bukan underestimate. Tapi, dulu ketika awal-awal saya datang ke kedubes, pernah saya melihat percakapan yang sedikit lucu, ketika si satpam membukakan pintu masuk untuk seorang bule Rusia, terjadilah percakapan yang hahaha lihat saja lah.
Seorang wanita Rusia baru saja tiba di kedubes dan berkata, "%^$(*$%^*%^($%&~~~~~" kata bule Rusia itu, sepertinya ia menggunakan bahasa Rusia saat itu. Yang pasti, jelas-jelas bukan bahasa inggris. Si satpam yang ketika itu berhasil dibuat bingung oleh wanita tadi, kemudian memberikan isyarat tidak mengerti pada si bule sambil berkata, "Sorry mom, I cannot speak english"
hihihi, oke, dia panggil bule itu apa? MOM. hehehehe :D dan dia bilang gak bisa bahasa inggris, padahal memang bukan bahasa inggris. Lalu si bule menjawab, "I do not speak english. I cant speak english too." kemudian terdengar tawa lepas dari mereka berdua. Hahahahaha... Mereka tertawa bersama. Seriously! Tertawa bersama! Hohohoho... akur sekali~~~~ hehe
Oke skip deh ya :)
Ternyata, pria Rusia yang mirip banget sama Logan Lerman itu (beneran!!!) bisa bahasa Indonesia! wowowowwowow hehehe. Pantas saja pak satpam tadi tanpa ragu segera bertanya pada mr. Logan wannabe itu. hhe :)
Lantas pak satpam bertanya pada mr. logan wannabe, "Mister, ibu rina ada tidak ya?"
Si mr. logan wannabe nampak bingung.. "Ina?"
"Rina. Ya, rina.." Ulang pak satpam.
"Oooohh.. Arina.. Dia tidak akan datang hari ini." Kata mr. logan wannabe sambil sesekali melihat ke arah saya. "Ada apa?" tanyanya mengarah ke saya.
Melihat kefasihan dia dalam bertutur bahasa indonesia, maka saya tanpa perlu repeater (pak satpam) segera mengutarakan tujuan saya. Tapi, karena saya baru pertama kali bertemu dengan mr. logan wannabe itu, maka saya sedikit menjelaskan tentang diri saya, siapa saya, mau ngapain ke Rusia, dari program apa, dan untuk tujuan apa hari itu datang ke kedubes.
"Saya ingin menerima visa dari ROSMOLODEZH, hmmm saya tidak tau seperti apa pronounciation dalam bahasa rusianya." Kata saya nyengir :D
"Rosmo... rosmo apa?" Kata dia bingung.
Oke, sepertinya memang pengucapan saya yang fatal deh hehe. Kemudian saya tuliskan R-O-S-M-O-L-O-D-E-Z-H...
"Ooooohh... ROZMOLEJYURRR...." kata dia, kurang lebih begitulah saya mendengarnya :D
"Sebentar ya, saya cek dulu.." kemudian dia tersenyum dan kembali ke ruangan.
Saat ia kembali...
"Maaf, karena yang biasa mengurus dokumen atau undangan adalah arina, dan arina hari ini tidak akan masuk, maka saya minta kamu untuk kembali lagi hari senin ya." mr. logan wannabe pun kembali tersenyum :)
Saya yang memang sejak berangkat sudah fifty fifty ini tetap saja merasa tertipu. Kedubesnya buka tapi kok cuma buka buat bule aja -_-
"Oke.." jawab saya.
Dalam hati saya berkata, "yah, mundur lagi deh visa.."
Tapi saya bisa apa?
Kembalilah saya ke rumah.
Hari itu, dan terus-menerus hingga hari minggu, saya masih berusaha untuk memastikan bahwa visa saya akan benar-benar siap! Terlalu bodoh mungkin jika saya harus mengulangi hal yang serupa. And.. yeah, it's dangerous.
Sabtu malam saya kembali menghubungi Mba Ipur. Kami sekeluarga begitu gelisah. Kenapa hingga saat itu Mba Ipur belum meberi kabar apapun? Untuk kepastian saya harus mengganti atau tidak pun juga belum kunjung ditegaskan. Khawatirlah kami. Saya juga masalahnya ingin memberi tau tanggal pasti keberangkatan saya kepada beliau. Akhirnya, saya putuskan untuk menghubungi Mba Ipur. Tapi beberapa kali saya coba melakukan panggilan telepon. Tidak ada jawaban. Terakhir, saya mengirim SMS kepada beliau, terkait keberangkatan saya.
Isi SMS saya: "Mba, saya sudah rundingkan dengan orang tua saya. Insya Allah, kami sepakat untuk memindah-tanggalkan keberangkatan saya menjadi tanggal 10 februari. Terima kasih Mba."
Tak lama setelah laporan pesan terkirim saya terima. Mba Ipur membalas.
"Tyas, jadinya kamu berangkat kapan? Ini masalahnya sudah dibookingkan tiket untuk tanggal 5..."
Nah lhooooooooooooooooo........
-bersambung-
Tibalah saya di kedubes, melakukan hal yang sama untuk sekian kalinya. Meninggalkan tanda pengenal, meletakkan tas dalam loker, melewati metal detector, mengisi form tamu, dan menunggu.
Hanya ada 3 orang tamu saat itu. Saya dan 2 laki-laki bule, Russia sepertinya. Saya duduk di sofa panjang yang sama dengan salah seorang diantara mereka. Ia duduk di ujung yang satu, dan saya di ujung yang lainnya. 10 menit berlalu, seorang wanita cantik Russia keluar dari ruangan yang dipintunya bertuliskan 'staff only'. Setiap kali saya ke kedubes, saya selalu melihatnya. Dia adalah front officer yang biasa melayani tamu-tamu dari Russia. Sementara front officer yang dari Indonesia, yang biasa melayani saya, memang untuk melayani orang Indonesia.
Dia beberapa kali keluar-masuk ruangan dan kemudian menghampiri 2 laki-laki bule Rusia itu. Dan saya masih tetap sabar menunggu. 1 jam berlalu, saya mulai gelisah. Biasanya, tidak harus selama ini saya menunggu mba itu. Kok ini hingga 1 jam belum juga muncul?
Akhirnya saya tanyakan kepada satpam. Dan saat saya bertanya itulah, kebetulan sekali seorang pria Rusia keluar dari ruangan bertuliskan 'staff only' tadi. Si satpam dengan sigap bertanya pada si mas-mas Rusia itu. Saya sempat heran, pak satpamnya bisa english? Atau bisa bahasa Rusia? Wow.
Maaf, bukan underestimate. Tapi, dulu ketika awal-awal saya datang ke kedubes, pernah saya melihat percakapan yang sedikit lucu, ketika si satpam membukakan pintu masuk untuk seorang bule Rusia, terjadilah percakapan yang hahaha lihat saja lah.
Seorang wanita Rusia baru saja tiba di kedubes dan berkata, "%^$(*$%^*%^($%&~~~~~" kata bule Rusia itu, sepertinya ia menggunakan bahasa Rusia saat itu. Yang pasti, jelas-jelas bukan bahasa inggris. Si satpam yang ketika itu berhasil dibuat bingung oleh wanita tadi, kemudian memberikan isyarat tidak mengerti pada si bule sambil berkata, "Sorry mom, I cannot speak english"
hihihi, oke, dia panggil bule itu apa? MOM. hehehehe :D dan dia bilang gak bisa bahasa inggris, padahal memang bukan bahasa inggris. Lalu si bule menjawab, "I do not speak english. I cant speak english too." kemudian terdengar tawa lepas dari mereka berdua. Hahahahaha... Mereka tertawa bersama. Seriously! Tertawa bersama! Hohohoho... akur sekali~~~~ hehe
Oke skip deh ya :)
Ternyata, pria Rusia yang mirip banget sama Logan Lerman itu (beneran!!!) bisa bahasa Indonesia! wowowowwowow hehehe. Pantas saja pak satpam tadi tanpa ragu segera bertanya pada mr. Logan wannabe itu. hhe :)
Lantas pak satpam bertanya pada mr. logan wannabe, "Mister, ibu rina ada tidak ya?"
Si mr. logan wannabe nampak bingung.. "Ina?"
"Rina. Ya, rina.." Ulang pak satpam.
"Oooohh.. Arina.. Dia tidak akan datang hari ini." Kata mr. logan wannabe sambil sesekali melihat ke arah saya. "Ada apa?" tanyanya mengarah ke saya.
Melihat kefasihan dia dalam bertutur bahasa indonesia, maka saya tanpa perlu repeater (pak satpam) segera mengutarakan tujuan saya. Tapi, karena saya baru pertama kali bertemu dengan mr. logan wannabe itu, maka saya sedikit menjelaskan tentang diri saya, siapa saya, mau ngapain ke Rusia, dari program apa, dan untuk tujuan apa hari itu datang ke kedubes.
"Saya ingin menerima visa dari ROSMOLODEZH, hmmm saya tidak tau seperti apa pronounciation dalam bahasa rusianya." Kata saya nyengir :D
"Rosmo... rosmo apa?" Kata dia bingung.
Oke, sepertinya memang pengucapan saya yang fatal deh hehe. Kemudian saya tuliskan R-O-S-M-O-L-O-D-E-Z-H...
"Ooooohh... ROZMOLEJYURRR...." kata dia, kurang lebih begitulah saya mendengarnya :D
"Sebentar ya, saya cek dulu.." kemudian dia tersenyum dan kembali ke ruangan.
Saat ia kembali...
"Maaf, karena yang biasa mengurus dokumen atau undangan adalah arina, dan arina hari ini tidak akan masuk, maka saya minta kamu untuk kembali lagi hari senin ya." mr. logan wannabe pun kembali tersenyum :)
Saya yang memang sejak berangkat sudah fifty fifty ini tetap saja merasa tertipu. Kedubesnya buka tapi kok cuma buka buat bule aja -_-
"Oke.." jawab saya.
Dalam hati saya berkata, "yah, mundur lagi deh visa.."
Tapi saya bisa apa?
Kembalilah saya ke rumah.
Hari itu, dan terus-menerus hingga hari minggu, saya masih berusaha untuk memastikan bahwa visa saya akan benar-benar siap! Terlalu bodoh mungkin jika saya harus mengulangi hal yang serupa. And.. yeah, it's dangerous.
Sabtu malam saya kembali menghubungi Mba Ipur. Kami sekeluarga begitu gelisah. Kenapa hingga saat itu Mba Ipur belum meberi kabar apapun? Untuk kepastian saya harus mengganti atau tidak pun juga belum kunjung ditegaskan. Khawatirlah kami. Saya juga masalahnya ingin memberi tau tanggal pasti keberangkatan saya kepada beliau. Akhirnya, saya putuskan untuk menghubungi Mba Ipur. Tapi beberapa kali saya coba melakukan panggilan telepon. Tidak ada jawaban. Terakhir, saya mengirim SMS kepada beliau, terkait keberangkatan saya.
Isi SMS saya: "Mba, saya sudah rundingkan dengan orang tua saya. Insya Allah, kami sepakat untuk memindah-tanggalkan keberangkatan saya menjadi tanggal 10 februari. Terima kasih Mba."
Tak lama setelah laporan pesan terkirim saya terima. Mba Ipur membalas.
"Tyas, jadinya kamu berangkat kapan? Ini masalahnya sudah dibookingkan tiket untuk tanggal 5..."
Nah lhooooooooooooooooo........
-bersambung-
0 komenkomen:
Post a Comment
Wow.. I love comments! you just made my day! Thanks